kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tingkat kesembuhan pasien Covid 19 meningkat, sebaiknya tetap bergerak saat di rumah


Selasa, 10 November 2020 / 09:40 WIB
Tingkat kesembuhan pasien Covid 19 meningkat, sebaiknya tetap bergerak saat di rumah


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kasus sembuh dan selesai melakukan isolasi Covid 19 di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 350.000 kasus per Kamis (5/11). Ini artinya angka kesembuhan (recovery rate) pasien Covid 19 di Indonesia mencapai lebih dari 82%. 

"Prestasi ini sebaiknya dipertahankan. Tugas kita bersama adalah untuk kompak dan tidak menambahkan kasus baru," kata dr Reisa Broto Asmoro Juru Bicara Satgas Covid 19. Pemerintah juga sangat berterimakasih pada 29.000 dokter umum dan spesialis, 9.600 relawan tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan internship, juga 300 relawan ahli teknologi laboratorium medik yang bekerja melawan pandemi Covid-19.

Baca Juga: Tetap menahan diri saat libur panjang di masa pandemi

Sebab menurut Reisa, Covid-19 bukan satu-satunya penyakit yang harus ditangani di Indonesia. Masih ada penyakit menular lainnya seperti, demam berdarah dengue, rabies, hepatitis, avian flu, malaria, yang butuh penanganan serius dari tenaga kesehatan. 

Risiko penyakit tidak menular seperti, jantung, kanker, diabetes, juga masih dihadapi masyarakat Indonesia, bukan hanya karena penyakit itu membutuhkan biaya pengobatan yang mahal, namun juga menghilangkan hari-hari produktif pasien dan keluarga yang merawat. 

Catatan data Kementerian Kesehatan menunjukkan, risiko kematian Covid 19 lebih tinggi akibat adanya penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Hal ini berarti penyakit tidak menular bukan masalah ringan. Penanganannya  juga membutuhkan bantuan dokter spesialis yang andal.

"Perlu memperhatikan risiko penyakit jantung, risiko penyakit pembuluh darah lainnya, bahkan risiko penyakit paru-paru selain Covid-19, sehingga orang yang masih merokok dan kurang aktivitas fisik, harus mengubah gaya hidup mereka agar lebih sehat," saran dr. Vito Anggarino Damay, Spesialis Jantung.

Baca Juga: Jasa cukur online menjadi solusi di tengah pandemi, ini cerita pelaku usahanya

Jadi di masa depan, Vito menyarankan, jangan hanya memperhatikan Covid-19 tanpa memperhatikan penyakit lainnya. Sebab ini bisa menjadi pandemi yang baru. 

Salah satu gaya hidup yang bisa meningkatan risiko penularan Covid-19 dan penyakit tidak menular lainnya adalah merokok. Selain seorang perokok harus melepas masker saat merokok, kebiasaan merokok beramai-ramai juga kerap tidak mengindahkan jarak yang aman. 

Ditambah lagi risiko virus yang masuk dari tangan yang memegang rokok pun masih ada. Lebih daripada itu, Covid-19 adalah penyakit yang menyerang paru-paru, sementara merokok merusak fungsi paru-paru dan menurunkan kekebalan tubuh. 

Saat perokok terinfeksi Covid-19, Vito menyebut, akan lebih susah memerangi virus ini. Bukti-bukti yang ada saat ini menunjukkan perokok memiliki tingkat kematian dan keparahan lebih tinggi dibanding pasien Covid 19 yang bukan perokok.

Baca Juga: Protokol kesehatan keluarga: Begini cara meningkatkan imunitas tubuh

"Yang paling kasihan perokok pasif. Karena mereka ini adalah bukan penikmat rokok tapi terkena imbas dari asapnya yang terhirup secara tidak langsung," jelas dr Vito. Walaupun memang yang paling berat adalah perokok karena di asap ada sel-sel radang yang menyebabkan kemampuan pertahanan tubuh berkurang. 
Sehingga saat terinfeksi virus dan penyakit-penyakit lain, lebih gampang terserang. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, memang tidak perlu vaksin khusus untuk melawannya. 

Penyakit ini bisa dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat. Dengan begitu, risiko terkena penyakit jantung koroner atau serangan jantung bisa dihindari hingga 80%.
"Kuncinya kita harus tetap bergerak, karena saat bergerak imunitas bisa meningkat. Imunitas ini terdiri dari sel-sel kekebalan tubuh, yang lebih bagus saat sirkulasi kita lancar," jelas dr Vito. 

Dr Vito menambahkan, sirkulasi lancar tercipta saat bergerak dan aktivitas pompa jantung lebih baik. Jadi pada akhirnya bisa menjaga tubuh secara keseluruhan untuk kuat menghadapi penyakit dan risiko penyakit jantung. 

Baca Juga: Masyarakat diminta tak meragukan manfaat vaksin Covid-19

Pada saat bekerja dari rumah, dr Vito untuk mengambil waktu 30 menit berdiri dan berjalan-jalan setelah duduk berjam-jam di depan layar komputer. Olahraga bersama dengan keluarga sambil tetap menjaga jarak aman di rumah, dapat menciptakan kebersamaan yang berkualitas dan membantu menurunkan stres.

"Pandemi memang masih menghadang, mari menjaga kondisi tubuh sebaik-baiknya. Pastikan tetap produktif tetapi aman dari Covid-19," saran dr Reisa. Ia juga mengingatkan untuk tetap disiplin menerapkan 3M : Memakai masker, Menjaga jarak aman minimal 1 Meter, dan Mencuci tangan pakai sabun. Praktikan sebagai satu kesatuan, karena 3M ini satu paket. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×