kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingginya risiko depresi pada orang kegemukan, begini cara mengatasinya


Rabu, 18 September 2019 / 23:26 WIB
Tingginya risiko depresi pada orang kegemukan, begini cara mengatasinya


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Ukuran bentuk tubuh yang tidak ideal, rupanya bisa meningkatkan risiko depresi. Temuan mengenai hal tersebut dipublikasikan lewat Translational Psychiatry. 

Dalam studi tersebut, tim peneliti dari Aarhus University dan Aarhus University Hospital Denmark mencari tahu hubungan antara obesitas dan depresi. 

Jika pada sejumlah studi sebelumnya mengandalkan data indeks massa tubuh (BMI), para ilmuwan pada studi kali ini melihat secara khusus komposisi tubuh dan distribusi lemak. 

Baca Juga: Bahaya terlalu banyak makan daging bisa merusak kesehatan usus

Penulis studi Søren Dinesen Østergaard, M.D., Ph.D. mengatakan lewat keterangan tertulis, bahwa BMI dapat dikatakan kurang akurat jika digunakan untuk mengukur kelebihan berat badan dan obesitas. 

"Banyak atlet ternama dengan massa otot besar dan massa otot rendah memiliki BMI di atas 25 atau yang diklasifikasikan sebagai kelebihan berat badan menurut definisi umum," katanya. 

BMI juga tidak bisa merinci ke mana saja lemak tubuh didistribusikan. Padahal, lemak pada area spesifik merupakan indikasi kondisi kesehatan tertentu. 

Misalnya, lemak di area pinggang yang kerap dikaitkan dengan tingginya risiko terkena penyakit tertentu. "Salah satu kekuatan studi kami adalah kami fokus pada hubungan jumlah lemak tubuh dan risiko depresi," kata Østergaard. 

Para peneliti menganalisa data dari dua seri data genetis. Pertama, dari UK Biobank yang mencakup variasi genetis dan faktor fisik, seperti massa lemak tubuh. 

Kedua, dari Psychiatric Genomics Consortium yang mencakup variasi genetik dan masalah suasana hati, seperti depresi. 

Ketika dikombinasikan, dua sumber data tersebut mencakup informasi lebih dari 800 ribu orang. 

Para peneliti menemukan, bahwa kelebihan massa lemak tubuh adalah faktor risiko depresi. Namun, massa non-lemak seperti otot dan tulang tidak menjadi faktor risiko depresi. 

Baca Juga: Melihat gaya hidup sehat para CEO dunia hingga Indonesia




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×