kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tetap Waspada, Ini Gejala, Cara Penularan, dan Pencegahan Cacar Monyet


Jumat, 29 Juli 2022 / 15:43 WIB
Tetap Waspada, Ini Gejala, Cara Penularan, dan Pencegahan Cacar Monyet
ILUSTRASI. Tetap Waspada, Ini Gejala, Cara Penularan, dan Pencegahan Cacar Monyet.?REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Penulis: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -Jakarta.  Cacar monyet atau monkeypox ditetapkan sebagai darurat kesehatan global atau Public Health of International Concern oleh Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli 2022 lalu. 

Hal ini dikarenakan penyebaran penyakit ini semakin meluas dan sudah ada banyak negara yang melaporkan kasus cacar monyet ini. 

Per tanggal 29 Juli 2022 lalu, belum terkonfirmasi adanya satu kasus cacar monyet di Indonesia.

Pakar Biostatistika Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo menjelaskan bagaimana Indonesia harus merespon seruan dari Lembaga Kesehatan Dunia tersebut. 

Baca Juga: Ini Tanda-Tanda Baby Blues pada Ibu Pasca Melahirkan, Jangan Disepelekan

Seruan tersebut dimaksudkan agar negara-negara di dunia mengantisipasi potensi menyebarnya suatu penyakit, dan hal tersebut sudah dilakukan WHO selama 7-9 kali. 

Meskipun demikian, Windhu menekankan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu panik merespon penetapan darurat cacar monyet ini. 

Hal ini dikarenakan bahwa pemerintah Indonesia sudah memiliki kesiapan dalam menghadapi endemi ini, dan pakar sudah mengetahui cara-cara penularan serta pencegahan penularannya.

Gejala dan cara penularan cacar monyet

Windhu menjelaskan, penyebaran cacar monyet tidak secepat virus Covid-19 karena penularannya melalui sentuhan fisik. 

Gejala penyakit ini adalah munculnya ruam dan bintik-bintik seperti cacar yang di dalamnya mengandung virus. 

“Untuk itu, penyebaran via droplet (cipratan air liur/bersin) ini jauh lebih kecil posibilitasnya karena harus ada ruam di daerah mulut terlebih dahulu,” ujar dosen FKM Unair itu seperti dikutip dari situs Unair..

Di level individu, Windhu mengatakan bahwa metode pencegahan cacar monyet layaknya pencegahan virus-virus lainnya, yakni PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). 

Artinya, masyarakat masih tetap harus menerapkan cuci tangan dan memakai masker yang selama ini sudah dilakukan. 

Mengingat penyebarannya melalui sentuhan, maka kontak fisik pada orang yang tidak dikenal harus diminimalisir. Sederhananya perilaku seperti jangan bersentuhan hingga berhubungan seks sembarangan.

“PHBS ini kalau dalam kesehatan masyarakat merupakan bentuk primordial prevention, yakni pengurangan resiko tertular. Namun juga ada primary prevention dalam bentuk specific protection, yakni vaksin." jelas Windhu

Pada dasarnya, vaksin untuk penyakit ini sudah tersedia di dunia. Karena cacar monyet ini bisa dicegah dengan vaksin cacar (smallpox) jadi tidak perlu penelitian vaksin terlebih dahulu seperti vaksin Covid-19.

"Produksinya jadi mudah. Ditambah lagi untuk orang yang sudah divaksin cacar seperti saya, kekebalannya seumur hidup,” tuturnya.

Baca Juga: Mengenal Rotasi dan Revolusi Bumi, Perbedaan, serta Dampak yang Ditimbulkan

Cara mencegah penularan cacar monyet

Di level kebijakan pemerintah, Windhu menekankan bahwa Indonesia telah siap dalam pencegahan cacar monyet sejak tahun 2019, dimana kala itu terdeteksi kasus cacar monyet di Singapura. 

Kementerian Kesehatan RI sudah memiliki panduan terkait bagaimana pelaksanaannya, jadi menurut Windhu yang harus dilakukan oleh pemerintah kurang lebih adalah dua hal.

Pertama adalah melakukan komunikasi publik yang baik agar masyarakat paham tentang gejala cacar monyet. 

Masyarakat bisa segera melaporkan dan melakukan tes sebagai supek jika sudah memahami gejala-gejala penyakit ini. 

Karena mirip dengan cacar air dan campak, masyarakat diimbau untuk tidak meremehkan gejala cacar air dan segera melaporkan ke petugas kesehatan di puskesmas atau rumah sakit. 

“Kedua adalah menjaga pintu-pintu masuk negara seperti bandara dan pelabuhan, dimana bilamana terdeteksi suspek harus segera tes PCR,” tekan Windhu.

Satu hal lain yang Windhu tekankan bahwa cacar monyet ini bukan penyakit LGBTQ+.

Meskipun penelitian menunjukkan bahwa penyebaran utama cacar monyet di wilayah Eropa itu pada kalangan homoseksual, harus dipahami bahwa penyebarannya tidak ada hubungannya dengan orientasi seksual.

“Jadi pemberitaan seperti itu harus dibetulkan, karena nanti akan menimbulkan stigma dan diskriminasi. Penyebaran cacar monyet ini melalui sentuhan, ya siapa saja bisa kena entah itu orientasinya homoseksual atau heteroseksual,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×