Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Pasca melahirkan, masih banyak ibu atau orang di sekitarnya yang tidak tahu tanda-tanda baby blues syndrome atau sindrom baby blues.
Setelah proses kehamilan dan melahirkan, perempuan akan mendapatkan peran baru sebagai ibu pasca melahirkan.
Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Andini Dwi Arumsari mengatakan, akan ada banyak perubahan setelah melahirkan.
Perubahan dalam diri perempuan tersebut mulai dari fisik hingga psikologis. Perubahan tersebut terjadi karena menyesuaikan pola kehidupan anak yang baru saja lahir.
"Misalnya, jam tidur ibu yang berubah karena anak seringkali terbangun di malam hari. Perubahan fisik seperti kaki membengkak, perut membesar, hingga bertambahnya berat badan," kata Andini, dikutip dari situs UM Surabaya.
Baca Juga: Mengenal Rotasi dan Revolusi Bumi, Perbedaan, serta Dampak yang Ditimbulkan
Tanda-tanda baby blues pasca melahirkan
Dari segi psikologis, beberapa ibu biasanya merasa stres karena ketidaksiapannya dalam menjalani kehidupan yang baru. Istilah situasi ketidaksiapan tersebut disebut baby blues syndrome.
Andini menjelaskan, baby blues syndrome adalah suatu bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu setelah melahirkan.
Sindrom ini biasanya muncul sementara waktu, sekitar 2-3 minggu setelah melahirkan bayi.
"Baby blues juga dipahami sebagai suatu sindrom gangguan ringan yang sering muncul dalam minggu pertama setelah persalinan dan berkelanjutan dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan," terangnya.
Tanda-tanda baby blues yang biasa muncul dan dirasakan oleh ibu setelah melahirkan di antaranya:
- Merasa cemas tanpa sebab
- Mudah tersinggung
- Tiba-tiba menangis tanpa sebab
- Menjadi tidak sabar
- Tidak percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu
- Menjadi sensitif
- Merasa khawatir dengan keadaan bayinya
"Gejala lain yang harus diwaspadai terkait baby blues syndrome adalah ibu mengalami kesulitan tidur, berkurangnya nafsu makan, tidak memperhatikan keadaan anak, dan takut untuk menyentuh anak," imbuh Andini.
Peran suami dan keluarga dalam mencegah baby blues
Jika tidak segera ditangani, tanda-tanda sindrome pasca melahirkan tersebut bisa memicu gangguan depresi yang lebih berat.
Tentunya, akan memberikan dampak negatif kepada ibu, perkembangan anak, hubungan pernikahan, dan hubungan dengan keseluruhan anggota keluarga.
"Salah satu alasan seorang ibu mengalami baby blues syndrome dikarenakan kurangnya dukungan sosial, baik dalam bentuk dukungan secara emosional, baik dari keluarga inti maupun dari lingkungan sekitar," ungkap Andini.
Dia menegaskan, peran suami dan keluarga sangat penting untuk ibu yang baru melahirkan, baik sebagai pencegahan terjadinya baby blues syndrome maupun untuk mengurangi gejala-gejala negatif lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News