Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Nir-Paz mengatakan asumsi musiman itu jauh dari kenyataan. Sebaliknya, ada pemahaman bahwa ketika orang berada di luar, mereka cenderung tidak tertular virus corona. Ini lebih berkaitan dengan fakta bahwa, dengan udara segar dan lebih banyak ruang di antara orang-orang, risiko infeksi menurun.
Baca Juga: Jokowi: Januari 2021, kita sudah bisa memproduksi vaksin corona
Penelitian telah menunjukkan bahwa virus corona lewat dalam tetesan kecil yang disebut aerosol, yang melayang di udara dan menumpuk seiring waktu. Di luar, udara lebih banyak bergerak.
"Penggantian udaranya sangat besar," kata Nir-Paz. “Di luar ada banyak (pergerakan); di dalam, hanya ada sedikit,” paparnya.
Lalu bagaimana dengan hipotesis bahwa matahari membunuh Covid-19?
Baca Juga: Rusia umumkan vaksin corona pertama di dunia, ini tanggapan WHO
Beberapa ilmuwan sedang mempelajari apakah sinar ultraviolet dari matahari menghancurkan virus corona. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases menemukan bahwa 90% dari virus corona yang menular tidak aktif dalam waktu kurang dari 20 menit ketika terpapar sinar matahari yang disimulasikan mewakili titik balik matahari musim panas di garis lintang utara 40° di permukaan laut pada hari yang cerah.