kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Takut kalap makan saat Lebaran? Yuk coba tips ini


Minggu, 24 Mei 2020 / 10:30 WIB
Takut kalap makan saat Lebaran? Yuk coba tips ini


Sumber: Kompas.com | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyantap sajian masakan khas Hari Raya Idul Fitri sudah menjadi tradisi bagi sebagian besar keluarga di Indonesia, dari tahun ke tahun. Tak hanya di rumah, masakan khas lebaran juga biasanya kita dapatkan ketika bersilahturahmi ke kediaman sanak saudara. 

Nah, situasi tersebut membuat asupan kalori cenderung meningkat signifikan. "Biasanya menerima tamu, menyajikan makanan buat tamu, berkunjung. Total-total bisa sangat signifikan kenaikannya (asupan),"  kata Nutrition & Wellness Consultant Nutrifood, Moch. Aldis Ruslialdi, SKM, CNWC dalam sesi kulwap media, Jumat (22/5) lalu. 

Baca Juga: Ini tips jaga berat badan tetap ideal pasca Lebaran

Meskipun momen Lebaran tahun ini hanya akan dihabiskan di rumah, namun kenaikan asupan kalori di hari raya juga perlu diwaspadai. Apalagi, jika kamu sudah merencanakan memasak, memesan, atau menyajikan sejumlah menu masakan. 

Berikut kiat menyiasati pola makan agar tidak kalap menyantap sajian masakan di hari Lebaran. 

1. Membatasi gula, garam, lemak 

Kementerian Kesehatan memberikan batasan konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan. Saran tersebut adalah 50 gram (empat sendok makan) gula, lima gram (satu sendok teh) garam, dan 67 gram (lima sendok makan) minyak. 

Mengapa asupan gula, garam, dan lemak (GGL) perlu dibatasi? Sebab, di hari Lebaran asupan GGL ini akan cenderung naik signifikan dibandingkan hari-hari biasanya. 

Asupan gula, misalnya, cenderung ada kenaikan karena konsumsi kue lebaran. Sementara asupan lemak dan garam juga cenderung meningkat, namun dari lauk-lauk seperti opor, sambal goreng ati, gulai, dan lainnya. 

Kementerian Kesehatan juga memperkenalkan konsep "Isi Piringku" yang perlu diterapkan pada setiap waktu makan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sederhananya, pada konsep tersebut, kita diminta untuk memenuhi setengah piring dengan sayur dan buah. 

Baca Juga: Banyak disajikan saat Lebaran, benarkah masakan bersantan bisa sebabkan hipertensi?

Sementara, setengah sisanya diisi dengan karbohidrat dan makanan pokok (lauk pauk). Selain asupan GGL yang cenderung berlebih, asupan makan secara keseluruhan juga akan meningkat. 

"Karena enggak mungkin kan makan opor cuma 1/6 dari satu piring? Jadi memang dari segi kuantitas dan pedoman gizi agak berantakan," kata Aldis. 

Beberapa siasat yang bisa diterapkan misalnya, tidak mengonsumsi terlalu banyak kuah saat makan opor dan mengambil bagian dada daripada paha. 

Cara lainnya bisa dengan membatasi makan kue lebaran hanya 1-2 dalam sehari. Sebab, menurut Aldis, dalam satu kue lebaran bisa mengandung lebih dari 40 kalori. 

Sehingga, mengonsumsi empat butir kue lebaran saja bisa membuat kita mengonsumsi lebih dari 200 kalori. "Jangan satu stoples dibawa-bawa, ambil saja kuenya pas mau dimakan," ujar dia. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×