kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   18,00   0,11%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Sudah sembuh dari corona, apakah masih perlu vaksin Covid-19?


Rabu, 23 Desember 2020 / 07:22 WIB
Sudah sembuh dari corona, apakah masih perlu vaksin Covid-19?
ILUSTRASI. Sudah sembuh dari corona, apakah masih perlu vaksin Covid-19?. ANTARA FOTO/Jojon/rwa.


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris sudah mulai melaksanakan vaksinasi vaksin Covid-19. Vaksinasi vaksin Covid-19 di Indonesia diperkirakan mulai terlaksana pada awal tahun 2021. Apakah pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 masih butuh vaksin corona?

Penemuan vaksin Covid-19 semakin menunjukkan perkembangan. Sejumlah negara mulai menyetujui penggunaan darurat dan melakukan vaksinasi vaksin Covid-19 kepada mereka yang masuk kelompok rentan.

Di Indonesia, pemerintah menyatakan akan memberikan vaksin Covid-19 gratis bagi seluruh warga. Vaksin Covid-19 bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap ancaman paparan virus corona.

Mereka yang telah sembuh dari Covid-19 diketahui telah memiliki antibodi. Apakah tetap perlu mendapatkan suntikan vaksin Covid-19?

Baca juga: Simak penjelasan WHO tentang mutasi virus corona yang diperkirakan lebih mematikan

Perlu, karena ada potensi reinfeksi Epidemiolog kandidat PhD dari Griffth Univeristy, Australia, Dicky Budiman mengatakan, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan telah sembuh masih membutuhkan suntikan vaksin corona. Alasannya, karena masih ada potensi reinfeksi virus corona.

"Jadi yang pernah terinfeksi pun itu perlu divaksinasi. Karena, pertama, data riset yang saat ini kita miliki membuktikan bahwa ada potensi reinfeksi," ujar Dicky, Minggu (20/12/2020).

Menurut dia, mereka yang pernah terinfeksi memiliki kekebalan tubuh dari Covid-19 sesuai dengan tingkat keparahan yang dialami. Semakin parah Covid-19 yang diderita seseorang, maka kemungkinan besar memiliki antibodi kekebalan tersebut.

Namun, jika pasien memiliki gejala ringan atau tidak bergejala (OTG), maka kekebalan tubuh yang dimiliki juga akan lemah. Meski demikian, sistem kekebalan yang didapatkan pasien ini tidak berlangsung lama.

"Pasien yang terinfeksi itu pun membuktikan bahwa daya tahan ini yang timbul akibat reinfeksi tidak akan lama, sekitar 3 bulanan. Karena atas dasar itulah otomatis orang tersebut masih membutuhkan vaksin," lanjut dia.

Dicky mengatakan, program vaksinasi vaksin Covid-19 ini tidak dilihat dari faktor apakah seseorang pernah terinfeksi atau tidak. Semua orang harus divaksinasi. Akan tetapi, yang menjadi pertimbangan bukan hanya masalah program vaksinasinya, tetapi ada program prakondisinya.

Dilansir dari Huffpost, 16 Desember 2020, seorang dokter penyakit menular di Yale Medicine, yang turut menguji vaksin Pfizer, Onyema Ogbuagu, meyakini bahwa orang yang baru terinfeksi virus corona mungkin tidak perlu segera disuntik vaksin. Penelitian menemukan, antibodi penetral yang dihasilkan oleh infeksi alami di dalam tubuh masih bertahan.

Baca juga: Ekspor batubara Indonesia terancam oleh kebijakan baru China

Kekebalan ini setidaknya bertahan selama beberapa bulan. Dalam kasus reinfeksi, infeksi kedua biasanya tidak terjadi 3-4 bulan setelah infeksi pertama.

"Ini cukup pasti, meskipun Anda tidak pernah dapat mengatakan dengan yakin, bahwa dalam beberapa bulan pertama setelah terinfeksi, risiko reinfeksi sangat rendah," ujar Ogbuagu.

Akan tetapi, kekebalan alami dari Covid-19 turun setelah beberapa bulan. Selain itu, tingkat antibodi dari virus corona umum lainnya berkurang dengan cepat, dan hal yang sama bisa terjadi pada penyakit Covid-19.

“Orang mungkin akan dapat terinfeksi kembali berdasarkan antibodi yang semakin menurun, saat ia telah terinfeksi secara alami. Kami tidak tahu kapan waktunya, seperti seberapa cepat mereka rentan terhadap infeksi ulang," ujar profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular dan Mikrobiologi, Imunologi di Sekolah Kedokteran Geffen di UCLA, Otto Yang.

Para peneliti menduga, kekebalan yang diberikan oleh vaksin Covid-19 akan lebih kuat daripada kekebalan yang diperoleh karena pernah menderita suatu penyakit, termasuk corona.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pernah Terinfeksi Virus Corona, Apakah Masih Perlu Suntik Vaksin Covid-19?",


Penulis : Retia Kartika Dewi
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Heboh di Australia, Dosen Indonesia hukum 300 mahasiswa, ini kasusnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×