Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Masalah stunting pada anak di Indonesia menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang masih perlu perhatian khusus.
Stunting pada anak bisa mengganggu perkembangan mereka bahkan bisa meningkatkan resiko kematian pada anak.
Melansir dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), stunting adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama.
Stunting menyebabkan perkembangan otak serta tumbuh kembang terhambat. Anak yang menderita stunting umumnya bertubuh lebih pendek dari anak pada umumnya.
Angka anak penderita stunting di Indonesia tergolong tinggi. Menurut hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), tahun 2019 angka stunting di Indonesia menurun sebanyak 27,67 persen.
Meskipun menurun, angka tersebut masih di atas angka yang ditargetkan WHO yaitu 20 persen.
Baca Juga: 8 Sekolah kedinasan ini bakal buka pendaftaran April 2021, ini daftarnya
Dampak dari stunting
Stunting menyebabkan beragam dampak buruk untuk anak baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) membagikan informasi tentang stunting melalui Instagram-nya termasuk dampak dan cara pencegahan.
Dampak dari stunting baik jangka pendek dan panjang diantaranya:
Jangka pendek
1. Sering merasa kesakitan bahkan kematian.
2. Menghambat pertumbuhan syaraf anak sehingga fungsi kognitif menurun.
3. Perkembangan motorik lebih lamban.
4. Kesulitan dalam mengungkapkan bahasa ekspresif.
5. Meningkatkan biaya kesehatan.
Jangka panjang
1. Postur tubuh tidak optimal saat dewasa atau lebih pendek dibandingkan pada umumnya.
2. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.
3. Menurunnya kesehatan reproduksi.
4. Kapasitas belajar dan performa kurang optimal saat sekolah atau produktivitas dan kapasitas kerja tidak optimal.
Cara mencegah stunting
Mencegah stunting dimulai saat ibu masih mengandung hingga anak berada pada masa dewasa muda, berikut ini cara pencegahannya.
Pada ibu hamil dan proses bersalin
- Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan, merupakan suatu upaya perbaikan gizi pada kehamilan sampai anak usia 2 tahun.
- Mengupayakan jaminan mutu antenal care (ANC) terpadu yang masuk dalam pelayanan KIA yang dimulai saat hamil sampai pasca nifas. Pelayanan tersebut sangat penting untuk mencegah komplikasi pada masa kehamilan dan pasca persalinan.
- Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
- Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM).
- Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular.
- Pemberantasan kecacingan.
- Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA.
- Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif
- Penyuluhan dan pelayanan KB.
Baca Juga: Mengenal jenis-jenis reproduksi tumbuhan serta pengertiannya
Pada balita
- Pemantauan pertumbuhan balita.
- Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita.
- Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak.
- Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
Pada anak usia sekolah
- Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
- Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (Progas).
- Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.
Pada remaja
- Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba.
- Pendidikan kesehatan reproduksi.
Pada dewasa muda
- Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
- Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular.
- Meningkatkan penyuluhan PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/mengonsumsi narkoba.
Selanjutnya: Vaksin guru selesai Juni, sekolah wajib laksanakan pembelajaran tatap muka
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News