kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.535   -35,00   -0,21%
  • IDX 7.059   79,06   1,13%
  • KOMPAS100 1.024   12,18   1,20%
  • LQ45 798   11,34   1,44%
  • ISSI 222   1,58   0,72%
  • IDX30 416   6,84   1,67%
  • IDXHIDIV20 491   8,63   1,79%
  • IDX80 115   1,37   1,20%
  • IDXV30 117   0,85   0,73%
  • IDXQ30 136   2,16   1,62%

Singapura larang iklan minuman manis, ini ternyata bahayanya


Senin, 14 Oktober 2019 / 05:21 WIB
Singapura larang iklan minuman manis, ini ternyata bahayanya
ILUSTRASI. (VIA THINKSTOCK)


Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Singapura secara resmi mengeluarkan larangan iklan minuman manis dalam kemasan. Ini sebagai upaya memerangi penyakit diabetes.

Larangan iklan minuman manis berlaku untuk seluruh platform media massa dan portal online, seperti televisi, internet, surat kabar, radio, dan iklan luar ruangan.

Bukan cuma itu, Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan, label nutrisi juga wajib ada pada kemasan minuman manis. Label bertuliskan "Tidak Sehat" harus tertera minuman dengan kadar gula sedang hingga tinggi.

Minuman manis memang punya dampak bagi kesehatan seseorang. Berbagai penelitian menunjukkan, mengurangi penggunaan minuman manis bisa berpengaruh baik kepada kesehatan seseorang.

Baca Juga: Singapura menjadi negara pertama yang melarang iklan minuman manis dalam kemasan

Penelitian yang jurnal Perawatan Diabetes terbitkan yang Time lansir, mengurangi minuman bersoda maupun minum tanpa pemanis terbukti membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 10 persen.

Sementara saat konsumsi minum minuman manis ditingkatkan lebih dari setengah porsi per hari selama peiode tertentu dalam waktu empat tahun, risiko diabetes tipe 2 juga terbukti meningkat sebesar 16%.

Penelitian tersebut berdasarkan pada data diet yang dihimpun dari sekitar 160.000 wanita yang berpartisipasi di sebuah studi versi studi Kesehatan Perawat dan hampir 35.000 pria dalam studi Tindak lanjut Profesional Kesehatan.

Mereka menyelesaikan survei tersebut selama empat hingga 26 tahun, dengan memberi peneliti informasi secara keseluruhan tentang kesehatan dan gaya hidup. Termasuk, data apakah mereka menderita diabetes tipe 2. Data tersebut kemudian dipantau terkait perubahan konsumsi minuman, berat badan, dan kesehatan secara keseluruhan.



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×