kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Seberapa efektif masker kain menangkal penyebaran virus corona? Ini kata peneliti


Rabu, 08 April 2020 / 17:18 WIB
Seberapa efektif masker kain menangkal penyebaran virus corona? Ini kata peneliti
ILUSTRASI. Pekerja menunjukkan masker kain produksi penjahit konveksi di Kampung Cibangkur, Lebak, Banten, Senin (6/4/2020). Tingginya permintaan masker membuat penjahit konveksi di daerah tersebut dapat memproduksi 500-1000 lembar masker kain per hari dengan harga


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Kesadaran untuk menggunakan masker terus meningkat setelah WHO dan pemerintah sejumlah negara meminta masyarakat untuk melakukan praktek tersebut guna menghindari penyebaran virus corona.

Di AS, yang mengalami kekurangan alat pelindung diri (APD), pihak berwenang telah mendorong warga untuk membuat masker buatan sendiri untuk memastikan bahwa masker bedah dan respirator kelas atas bisa disediakan untuk staf medis garis depan.

Baca Juga: Tekan penyebaran virus corona (Covid-19), Pemkot Tangerang ajukan PSBB

Di saat ada sedikit penelitian klinis tentang seberapa efektif masker darurat, para ahli mengatakan bahwa rekomendasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mewakili rencana darurat, karena AS sedang berjuang dengan kurangnya masker bedah dan respirator.

"Sepertinya persediaan strategis mereka kurang dari yang kami harapkan, jadi saya mengerti mengapa mereka memberikan rekomendasi ini," kata Chane-Yu Lai, associate professor di Chung Shan Medical University di Taichung, Taiwan seperti dikutip South China Morning Post.

Ada spektrum bukti tentang efektivitas masker untuk melindungi pemakai dan masyarakat luas, tetapi para ahli medis sepakat bahwa mereka tidak boleh menjadi pengganti upaya penahanan, seperti mencuci tangan yang ketat atau menjaga jarak sosial. 

Namun, ada juga konsensus bahwa pada saat darurat, semacam penutup wajah harus dikenakan jika seseorang meninggalkan rumah. "Konsepnya adalah bahwa ada sesuatu yang lebih baik daripada tidak sama sekali," kata Benjamin Cowling, kepala epidemiologi di Hong Kong University (HKU).

Baca Juga: Rencana relaksasi iuran BPJAMSOSTEK masih tunggu perubahan PP

Pada 2015, Abrar Ahmad Chughtai, seorang dosen kesehatan internasional di Universitas New South Wales di Sydney, membantu melakukan satu-satunya uji klinis dunia tentang efektivitas masker kain.

Tingkat semua hasil infeksi secara konsisten lebih tinggi untuk masker kain daripada masker bedah. Namun, karena sebagian besar kelompok kontrol penelitian ini juga mengenakan masker bedah, sulit untuk menentukan kinerja masker kain dibandingkan tanpa masker sama sekali.

Penelitian lain menunjukkan bahwa masker kain dapat memberikan perlindungan, tetapi kurang efektif dibanding masker medis dan respirator. Sementara beberapa jenis kain bisa memberikan perlindungan yang lebih dari jenis yang lain.

Dia melakukan tinjauan terhadap 19 studi tentang masker kain dan hasilnya menunjukkan bahwa kapasitas filtrasi dapat meningkat dengan jumlah benang yang lebih besar - dikenal sebagai fine mesh - dan jumlah lapisan yang digunakan untuk membuat masker.

Baca Juga: Kebijakan mudik, pengendara motor tak boleh bawa penumpang

“Penggunaan masker lainnya adalah untuk menghentikan penyebaran penyakit oleh pembawa virus, yang disebut 'kontrol sumber', yang dalam kasus coronavirus mungkin tidak menunjukkan gejala,” kata Chughtai.

“Jika tingkat penularan yang tinggi sedang berlangsung di masyarakat, seperti di AS sekarang, orang harus menggunakan masker, karena kita tahu ada kasus asimptomatik tingkat tinggi. Untuk kontrol sumber, Anda dapat menggunakan masker apa pun. Bahkan topeng kain tidak masalah,” katanya.

Sebuah studi 2013 yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Cambridge mengukur volume 0,02 mikron partikel yang ditangkap oleh masker buatan sendiri yang terbuat dari barang-barang rumah tangga, mulai dari tas penyedot debu dan kantung teh, hingga sarung bantal dan syal. 

Baca Juga: BUMN Datangkan Alat Tes Covid-19 PCR Produksi Roche Swiss

Masing-masing menangkap lebih dari 50% partikel. “Diameter [Covid-19] adalah sekitar 100 nanometer (0,1 mikron), biasanya dibungkus dengan tetesan pernapasan ketika meninggalkan tubuh manusia, yang rata-rata sekitar 5 hingga 10 mikron, tetapi tetesan tersebut dapat mencapai hingga puluhan mikron dan masker kain dapat menyaring partikel besar seperti itu," kata Lai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×