kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rokok elektrik solusi bagi perokok?


Kamis, 18 Mei 2017 / 21:45 WIB
Rokok elektrik solusi bagi perokok?


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik Indonesia (YPKP Indonesia) mengajak pemerintah untuk mencari solusi yang efektif dalam mengatasi tingginya angka prevalansi merokok di Indonesia.

Melalui kegiatan Indonesian Conference on Tobacco or Health/ ICTOH 2017 di Jakarta yang diselenggarakan tanggal 15 - 16 Mei 2017 lalu, YPKP Indonesia menjelaskan, pemerintah sebaiknya tidak hanya berfokus pada solusi preventif untuk mencegah munculnya perokok baru.

Pemerintah harus tetap memperhatikan dan memberikan solusi kepada perokok aktif yang ingin berhenti merokok. YPKP Indonesia juga menambahkan bahwa langkah tersebut harus didasari atas penelitian dan bukti-bukti ilmiah, dan YPKP menyatakan siap membantu pemerintah untuk menyediakan hasil penelitian ilmiah terkait hal tersebut.

Dalam presentasi yang bertajuk “Komparasi Efektifitas Nicotine Replacement Therapy dan Analisa Dukungan Pemerintah Indonesia”, YPKP Indonesia menjabarkan kekurangan dan kelebihan masing-masing jenis pengganti rokok, termasuk keefektifan penggunaan rokok elektrik maupun produk berbasis tembakau dan nikotin baru sebagai salah satu substitusi merokok dengan risiko yang lebih rendah.

Hasil penelitian YPKP Indonesia mendapati bahwa penggunaan produk tembakau dan nikotin baru merupakan solusi yang sudah banyak digunakan oleh banyak negara untuk membantu perokok aktif berhenti merokok.

Sayangnya, sampai saat ini pengetahuan masyarakat Indonesia akan keberadaan produk-produk tersebut maupun mengenai studi yang telah dijalankan oleh YPKP Indonesia masih sangat terbatas.

YPKP Indonesia juga menggarisbawahi penggunaan produk tembakau dan nikotin baru berteknologi canggih semisal rokok elektrik sebagai solusi berhenti merokok telah diadopsi oleh banyak negara dan turut didukung oleh banyak kelompok anti rokok di dunia.

Sebagai contoh, keputusan untuk memanfaatkan potensi rokok elektrik di Inggris didasari oleh penelitan ilmiah yang dilakukan oleh Public Health England yang menyatakan bahwa rokok elektrik 95% lebih aman dibandingkan rokok konvesional.

Dengan demikian, YPKP Indonesia juga menyarankan Pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk melakukan ulasan terhadap penelitian dan bukti-bukti ilmiah tersebut untuk memperoleh solusi yang efektif terhadap permasalahan rokok di Indonesia dan terus mengikuti perkembangan teknologi dan inovasi di segala bidang.

Achmad Syawqie, pendiri YPKP Indonesia menyatakan, pemerintah harus mencari solusi yang terbukti secara ilmiah efektif mengurangi angka perokok, “Terapi pengganti rokok yang efektif harus lebih banyak diperkenalkan pada perokok aktif, agar mereka bisa mendapatkan alternatif produk dan tidak merasa dilupakan oleh Pemerintah, dan bersyukur kemajuan teknologi yang ada saat ini memungkinkan hal tersebut,” ujarnya.

Selain itu terkait penggunaan rokok elektrik yang dianggap kontrovesial oleh sebagian pihak, Syawqie mengungkapkan bahwa YPKP Indonesia siap membantu Pemerintah Indonesia untuk melakukan penelitian independen dan menyediakan data ilmiah.

“Regulasi Pemerintah terkait produk konsumsi tentunya harus didasarkan pada penelitian ilmiah. Kalau di beberapa negara rokok elektrik dianggap bermanfaat, mungkin di Indonesia juga bisa kita maksimalkan potensinya. Penelitian akan membantu Pemerintah Indonesia menentukan standarisasi produk dan YPKP Indonesia siap membantu Pemerintah untuk menyajikan data ilmiah terkait hal ini,” tambah Syawqie.

Tingginya kebutuhan akan solusi berhenti merokok di kalangan perokok aktif terbukti melalui survei yang dilakukan oleh YPKP Indonesia. Di mana 70% responden yang terdiri dari perokok aktif menyatakan bahwa mereka ingin berhenti merokok namun kerap gagal dikarenakan kebutuhan mereka terhadap nikotin, yang menyebabkan adiksi namun tidak berbahaya seperti halnya rokok, dan tidak adanya alternatif pengganti rokok yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×