kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rokok elektrik alternatif berhenti merokok?


Rabu, 19 Oktober 2016 / 06:00 WIB
Rokok elektrik alternatif berhenti merokok?


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Opini yang menyatakan bahwa penggunaan rokok elektrik seharusnya dilarang dibantah melalui hasil penelitian terbaru dari University College London, Inggris.

Dalam penelitian tersebut, rokok elektrik dinilai mampu menjadi salah satu alternatif bagi para perokok dan bahkan dapat menjadi solusi berhenti merokok.

Peneliti dari University College London menganalisis hasil survei Smoking Toolkit Study yang telah dilakukan selama10 tahun; survei tersebut menyajikan data mengenai kegiatan merokok, dan penggunaan rokok elektrik di antara 18.000 orang dewasa di Inggris.

Selain itu, peneliti juga mengambil data dari National Health Service yang berisi angka berhenti merokok.

Dari penelitian tersebut, seperti dikutip situs medicalnewstoday.com dua pekan silam, peneliti mendapatkan hasil bahwa orang-orang yang menggunakan rokok elektrik justru pada akhirnya berhenti merokok sama sekali.

“Pemerintah harus menyadari bahwa rokok elektrik memiliki risiko yang jauh lebih rendah dan dapat membantu perokok menghilangkan kebiasaan buruk,” kata Professor John Britton dari Nottingham University School of Medicine.

Sejalan dengan University College London dan Nottingham University, institusi lain juga memberikan respon positif terkait rokok elektrik.

Pada September lalu, the Dutch National Institute for Health and the Environment (RIVM) menerbitkan laporan mengenai pengurangan dampak buruk tembakau dan produk tembakau alternatif, termasuk produk tembakau tanpa proses pembakaran (Heat-Not-Burn).

Laporan tersebut memberikan pandangan yang seimbang mengenai perdebatan rokok elektrik dan menyatakan bahwa rokok elektrik dan produk tembakau yang tidak menggunakan proses pembakaran berpotensi memiliki risiko yang lebih rendah dari rokok biasa.

Selain itu dari Indonesia sendiri, Professor Dr. drg. Achmad Syawqie dari Universitas Padjajaran dan pendiri Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik Indonesia juga mengungkapkan dampak positif dari konsumsi rokok elektrik.

“Universitas Padjajaran saat ini sedang mensponsori penelitian untuk mencari tahu kandungan zat yang terdapat di dalam rokok elektrik, baik yang menggunakan nikotin cair maupun tembakau, hasil penelitian menunjukkan rokok elektrik relatif lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional,” jelas Prof. Syawqie.

Seperti diketahui, fenomena konsumsi rokok elektrik di Indonesia ramai diperbincangkan sejak dua tahun belakangan.

Adanya hasil penelitian yang membuktikan rokok elektrik memiliki potensi untuk mengatasi ketergantungan akan rokok direspons positif oleh pengguna rokok elektrik di Indonesia.

Ali Husein konsumen rokok elektrik yang tergabung dalam klub rokok elektrik BVL Cloud Mafia, mengungkapkan bahwa dirinya dulu adalah perokok berat, namun saat ini ia sudah mulai mengalihkan konsumsinya dari rokok konvensional ke rokok elektrik.

“Sejak beralih ke rokok elektrik, keinginan saya untuk merokok jauh berkurang. Biasanya sehari bisa sampai 16 batang, tapi sekarang sudah 80 % berkurang. Penggunaan rokok elektrik juga sudah berkurang dan lebih bersifat sebagai alat bersosialisasi saja,” kata Ali. (Sanusi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×