Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Pemerintah memperkirakan, puncak kasus Omicron di Indonesia bakal terjadi pada awal Februari nanti. Kenali lagi gejala varian baru virus corona yang sangat menular ini.
Berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman negara lain, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, kasus varian Omicron mencapai puncak kisaran waktu 40 hari sejak terdeteksi.
"Untuk kasus Indonesia, kami perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari. Namun, kita tidak perlu panik, tetapi tetap waspada," kata Luhut dalam siaran pers, Rabu (12/1).
Baca Juga: WHO: Meski Tidak Terlalu Parah, Varian Omicron Tak Boleh Dikategorikan Sebagai Ringan
Gejala varian Omicron
Ketika infeksi Covid-19 terus meningkat di tahun baru, di tengah penyebaran cepat bak kilat varian Omicron, beberapa pasien melaporkan gejala baru yang aneh: keringat malam.
Umumnya terkait dengan kondisi lain, seperti flu, kecemasan, atau bahkan kanker, keringat malam lebih jarang dikaitkan dengan Covid-19 sebelum varian Omicron mulai menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Keringat malam adalah episode berulang dari keringat ekstrem yang bisa "merendam" pakaian dan seprai Anda, menurut Mayo Clinic, seperti dikutip Fortune.
Keringat malam adalah salah satu dari beberapa gejala berbeda yang muncul untuk membedakan Omicron dari varian virus corona lainnya, bersama dengan sakit tenggorokan.
Baca Juga: Peringatan! Kasus Varian Omicron di Indonesia bakal Jauh Lebih Tinggi dari Delta
Fortune melaporkan, Dr John Torres, koresponden medis senior NBC News, mengatakan pada acara Today, keringat malam adalah "gejala yang sangat aneh".
Itu sebabnya, Dr. Amir Khan dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) meminta masyarakat untuk waspada terhadap keringat malam sebagai tanda untuk menjalani tes Covid-19.
Dalam beberapa minggu terakhir, banyak orang melaporkan tentang keringat malam akibat Covid-19 di media sosial. Beberapa pengguna Twitter mengatakan, gejala baru hanya menambah kebingungan dan kecemasan tentang apakah seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.
Sebelumnya, Dr Angelique Coetzee, dokter Afrika Selatan yang pertama kali memberi tahu pihak berwenang tentang Omicron, mengungkapkan, keringat malam adalah gejala umum varian itu, selain nyeri otot, kelelahan, dan tenggorokan gatal.
Baca Juga: Omicron Sangat Menular, Ini Pedoman Baru Pemakaian Masker bagi Tenaga Medis dari WHO
Sementara mengutip The Daily Express, pasien Covid-19 yang terpapar varian Omicron melaporkan kabut otak sebagai salah satu gejala baru di aplikasi ZOE COVID Study, yang mencatat dan menganalisis gejala virus corona.
"Salah satu gejala Omicron yang lebih tidak biasa tetapi sangat umum adalah kabut otak," sebut The Daily Express.
Kabut otak menjadi gejala Covid-19 yang agak langka. Laporan gejala ini sebelumnya muncul pada Oktober 2020. Tapi, tidak sering dilaporkan sebagai salah satu gejala umum, seperti demam, batuk, dan nyeri tubuh.
Dr. Shruti Agnihotri, ahli saraf di University of Alabama Birmingham, Inggris, mengatakan kepada ABC 33/40, kabut otak sering dikaitkan dengan sakit kepala parah dan kehilangan ingatan.
Baca Juga: Melonjak, Kasus Harian Covid-19 di Indonesia Tertinggi Sejak Oktober 2021
“Seringkali pasien ini bahkan telah pulih dari gejala demam dan sesak napas awal dan mereka terus mengalami sakit kepala yang sangat parah dan cenderung sering mengeluh tentang kehilangan ingatan, sering disebut sebagai kabut otak,” katanya.
“Pasien sering kali menggambarkan kesulitan dengan perhatian, fokus, hanya tidak merasa benar, tidak setajam sebelumnya. Kami terkadang melihat gejala ini dalam banyak kondisi lain, selama pasca-gegar otak,” sebut Agnihotri.
Berikut gejala varian Omicron yang dilaporkan aplikasi ZOE COVID Study dan laporan lainnya:
- sakit kepala
- pilek
- kelelahan (baik ringan atau berat)
- bersin
- sakit tenggorokan
- demam
- kehilangan bau
- batuk terus-menerus
- kehilangan nafsu makan
- kabut otak
- keringat malam
Pejabat tinggi WHO di Eropa Hans Kluge mengatakan, 89% dari mereka yang terinfeksi Omicron yang dikonfirmasi di Eropa melaporkan gejala yang sama dengan varian virus corona lainnya, termasuk batuk, sakit tenggorokan, demam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News