kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Puncak Kasus Omicron di Indonesia Awal Februari, Kenali Lagi 11 Gejala Varian Ini


Rabu, 12 Januari 2022 / 13:03 WIB
Puncak Kasus Omicron di Indonesia Awal Februari, Kenali Lagi 11 Gejala Varian Ini
ILUSTRASI. Puncak kasus Omicron di Indonesia terjadi pada pekan kedua Februari, kenali lagi 11 gejala varian ini. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

Fortune melaporkan, Dr John Torres, koresponden medis senior NBC News, mengatakan pada acara Today, keringat malam adalah "gejala yang sangat aneh".

Itu sebabnya, Dr. Amir Khan dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) meminta masyarakat untuk waspada terhadap keringat malam sebagai tanda untuk menjalani tes Covid-19.

Dalam beberapa minggu terakhir, banyak orang melaporkan tentang keringat malam akibat Covid-19 di media sosial. Beberapa pengguna Twitter mengatakan, gejala baru hanya menambah kebingungan dan kecemasan tentang apakah seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.

Sebelumnya, Dr Angelique Coetzee, dokter Afrika Selatan yang pertama kali memberi tahu pihak berwenang tentang Omicron, mengungkapkan, keringat malam adalah gejala umum varian itu, selain nyeri otot, kelelahan, dan tenggorokan gatal. 

Baca Juga: Omicron Sangat Menular, Ini Pedoman Baru Pemakaian Masker bagi Tenaga Medis dari WHO

Sementara mengutip The Daily Express, pasien Covid-19 yang terpapar varian Omicron melaporkan kabut otak sebagai salah satu gejala baru di aplikasi ZOE COVID Study, yang mencatat dan menganalisis gejala virus corona.

"Salah satu gejala Omicron yang lebih tidak biasa tetapi sangat umum adalah kabut otak," sebut The Daily Express.

Kabut otak menjadi gejala Covid-19 yang agak langka. Laporan gejala ini sebelumnya muncul pada Oktober 2020. Tapi, tidak sering dilaporkan sebagai salah satu gejala umum, seperti demam, batuk, dan nyeri tubuh.

Dr. Shruti Agnihotri, ahli saraf di University of Alabama Birmingham, Inggris, mengatakan kepada ABC 33/40, kabut otak sering dikaitkan dengan sakit kepala parah dan kehilangan ingatan.

Baca Juga: Melonjak, Kasus Harian Covid-19 di Indonesia Tertinggi Sejak Oktober 2021




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×