Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Setelah tiga minggu, semua tikus menjalani diet standar dan tidak berolahraga. Dalam waktu 14 minggu, tim meneliti keanekaragaman dan jumlah bakteri pada tikus. Peneliti menemukan bahwa jumlah bakteri seperti Muribaculum intestinale berkurang secara signifikan pada kelompok tikus yang menerapkan pola makan tidak sehat.
Jenis bakteri Muribaculum intestinale terlibat dalam proses metabolisme karbohidrat. Temuan juga menunjukkan, bakteri usus sensitif terhadap jumlah latihan yang dilakukan tikus.
Bakteri Muribaculum intestinale meningkat pada tikus yang diberi diet standar dan memiliki akses ke running wheel. Tapi jumlah bakteri tersebut menurun pada tikus yang menjalani diet tinggi lemak, serta tikus yang tidak berolahraga.
Para peneliti meyakini, spesies bakteri Muribaculum intestinale dapat memengaruhi jumlah energi yang tersedia untuk inangnya. Secara keseluruhan, para peneliti di University of New York Riverside menemukan pilihan makanan di tahap awal kehidupan seseorang memiliki efek jangka panjang pada mikrobioma ketimbang berolahraga.
Baca Juga: 5 Langkah mudah menghilangkan lemak perut
Tim Garland berniat mengulangi eksperimen ini dan mengambil sampel di waktu lain. Tujuan Garland adalah lebih memahami kapan perubahan mikrobioma tikus pertama kali muncul, dan apakah perubahan tersebut meluas ke fase kehidupan selanjutnya.
Para peneliti mengatakan, seluruh tikus yang diteliti sudah diamati begitu lama setelah pola makan hewan tersebut diubah, kemudian kembali diganti, sehingga temuan studi yang mereka lakukan dinilai signifikan. "Siapa Anda bukan hanya apa yang Anda makan saat ini, tetapi juga apa yang Anda makan saat anak-anak," kata Garland.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ketahuilah, Pola Makan di Usia Muda Mempengaruhi Kesehatan di Hari Tua.
Penulis: Gading Perkasa
Editor: Wisnubrata
Baca Juga: Ternyata kopi bermanfaat bagi orang yang susah tidur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News