kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

​Pertusis atau batuk rejan: gejala, komplikasi, penularan, pencegahan, dan pengobatan


Rabu, 27 Oktober 2021 / 11:44 WIB
​Pertusis atau batuk rejan: gejala, komplikasi, penularan, pencegahan, dan pengobatan


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis. Gejala pertusis atau batuk rejan biasanya dimulai dengan pilek, hidung beringus, rasa lelah dan adakalanya demam parah.

Dirangkum dari laman Health.nsw.gov.au, gejala batuk rejan atau pertusis lantas berlanjut menjadi batuk diikuti dengan tarikan napas besar atau “whoop”. Sehingga batuk rejan atau pertusis juga seringkali disebut sebagai whooping cough

Adakalanya penderita muntah setelah batuk. Jika menyerang anak kecil, pertusis kemungkinan dapat menyebabkan gejala yang lebih parah seperti badan membiru atau berhenti bernapas ketika serangan batuk dan mungkin perlu dibawa ke rumah sakit.

Namun, bagi penderita yang sudah dewasa, pertusis bisa menimbulkan batuk hingga berminggu-minggu. 

Baca Juga: 5 Jenis vaksinasi sebelum menikah yang perlu dilakukan calon pengantin

Cara penularan pertusis atau batuk rejan 

Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui droplet atau cairan yang menetes saat penderita mengalami batuk atau bersin. Jika tidak diobati, penderita pertusis dapat menularkan batuk rejan kepada orang lain sampai tiga minggu sejak terjadinya batuk. 

Sementara, itu masa inkubasi pertusis biasanya sekitar tujuh hari sampai sepuluh hari, bahkan bisa sampai tiga minggu sejak seseorang terpapar pertusis baru muncul gejala. 

Dikutip dari laman State of Victoria, Department of Health and Human Services, komplikasi pertusis atau batuk rejan antara lain kejang, radang paru-paru, koma, radang otak, kerusakan otak permanen dan kerusakan paru-paru jangka pajang. 

Sekitar satu dari setiap 200 anak berumur di bawah enam bulan yang terkena batuk kejang akan meninggal.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 mengacaukan program imunisasi rutin anak di seluruh dunia

Cara mencegah tertular batuk rejan atau pertusis

Cara mencegah agar tidak tertular batuk rejan atau pertusis adalah dengan pemberian vaksin atau imunisasi secara tepat waktu. Biasanya, imunisasi pertusis dilakukan sejak anak masih bayi yakni pada usia 2, 3, dan 4 bulan. 

Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), booster diperlukan pada usia 1,5 tahun dan 5 tahun. Imunisasi pertusis adalah imunisasi wajib bagi bayi dan anak dalam program imunisasi nasional yakni imunisasi DPT atau Difteri, Pertusis, dan Tetanus. 

Bagi bayi, biasanya memerlukan dua atau tiga kali imunisasi pertusis agar bisa terlindungi dari penyakit batuk rejan. Oleh karena ini, penting sekali bayi dijauhkan dari penderita batuk rejan agar tidak tertular.

Cara mendiagnosis dan mengobati pertusis atau batuk rejan 

Biasanya cara yang dilakukan untuk mendiagnosis batuk rejan atau pertusis adalah dengan pengambilan sampel dari hidung (swab) atau tes darah. 

Lantas, cara mengobati pertusis yakni menggunakan antibiotik khusus, biasanya azithromycin, erythromycin atau clarithromycin digunakan untuk merawat pertusis.

Antibiotik ini dapat mencegah menularnya bakteri penyebab penyakit pertusis kepada orang lain.

Selanjutnya: Imunisasi lengkap untuk anak, berikut tahapannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×