kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

​Perlukah memakai masker jika sudah disuntik vaksin virus corona? Ini penjelasannya


Kamis, 17 Desember 2020 / 11:52 WIB
​Perlukah memakai masker jika sudah disuntik vaksin virus corona? Ini penjelasannya
ILUSTRASI. Pemberian vaksin virus corona di Inggris. REUTERS/Russell Cheyne/Pool


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Di Inggris, vaksinasi Covid-19 terhadap ribuan orang sudah dilakukan. Selain itu, sejumlah negara juga sudah mendatangkan vaksin untuk mengamankan stok termasuk Indonesia. 

Pemerintah telah mendatangkan vaksin virus corona Sinovac buatan China pada awal Desember 2020 lalu. Saat ini tengah dilakukan uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung bekerja sama dengan PT Biofarma dan Universitas Padjajaran. 

Lantas, perlukah memakai masker jika sudah disuntik vaksin virus corona?

Baca Juga: Akan selidiki asal-usul corona, WHO: Kami tidak mencari negara yang bersalah

Perlukah memakai masker jika sudah disuntik vaksin virus corona?

Dirangkum dari laman New York Times, terdapat kemungkinan bahwa beberapa orang yang divaksinasi Covid-19 terinfeksi tanpa menunjukkan gejala, dan kemudian dapat menularkan virus secara diam-diam. 

Terutama jika mereka melakukan kontak dekat dengan orang lain saat berhenti memakai masker. Hal ini membuat orang yang sudah divaksin tetap dapat menjadi pembawa virus corona dan menyebarkannya di lingkungan mereka. 

Ahli imunologi di Universitas Stanford, Michal Tal mengatakan, sangat penting bagi mereka yang divaksin untuk mengetahui apakah mereka harus tetap memakai masker, karena mereka masih bisa menularkan virus corona. 

Baca Juga: Puluhan gerai KFC Indonesia harus ditutup akibat pandemi corona

Pada sebagian besar infeksi saluran pernapasan, termasuk Covid-19, hidung adalah pintu masuk utama virus. 

Virus dengan cepat berkembang biak hidung, mengguncang sistem kekebalan untuk menghasilkan sejenis antibodi yang khusus untuk mukosa, jaringan lembab yang melapisi hidung, mulut, paru-paru, dan perut. 

Jika orang yang sama terpapar virus untuk kedua kalinya, antibodi tersebut, serta sel kekebalan yang mengingat virus dengan cepat mematikan virus di hidung sebelum mendapat kesempatan untuk bertahan di tempat lain di tubuh.

Vaksin virus corona, sebaliknya, disuntikkan jauh ke dalam otot dan merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi. 

Beberapa dari antibodi tersebut akan bersirkulasi di dalam darah ke mukosa hidung dan bertahan di sana. 

Baca Juga: Perusahaan China bakal impor vaksin buatan Pfizer-BioNTech

Namun, tidak jelas berapa banyak kumpulan antibodi yang dapat dimobilisasi, atau seberapa cepat yang bisa mencapai hidung. Jika jawabannya tidak banyak, maka virus bisa bermunculan di hidung dan saat seseorang yang terinfeksi bersin atau menghembuskan napas maka dapat menularkan virus ke orang lain. 

“Ini adalah perlombaan. Tergantung apakah virus dapat bereplikasi lebih cepat, atau sistem kekebalan dapat mengendalikannya lebih cepat,” kata Marion Pepper, ahli imunologi di University of Washington di Seattle. 

Inilah alasan vaksin mukosa, seperti semprotan hidung atau vaksin polio oral, lebih baik daripada suntikan intramuskular dalam menangkis virus yang menginfeksi lewat pernapasan. 

Namun, dia dan para ahli lainnya mengatakan mereka optimis bahwa vaksin akan menekan virus bahkan di hidung dan tenggorokan untuk mencegah orang yang divaksin menyebarkannya ke orang lain.

Selanjutnya: ​Ini perbedaan rapid test antigen dan rapid test antibodi serta harganya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×