Penulis: Virdita Ratriani
Pada sebagian besar infeksi saluran pernapasan, termasuk Covid-19, hidung adalah pintu masuk utama virus.
Virus dengan cepat berkembang biak hidung, mengguncang sistem kekebalan untuk menghasilkan sejenis antibodi yang khusus untuk mukosa, jaringan lembab yang melapisi hidung, mulut, paru-paru, dan perut.
Jika orang yang sama terpapar virus untuk kedua kalinya, antibodi tersebut, serta sel kekebalan yang mengingat virus dengan cepat mematikan virus di hidung sebelum mendapat kesempatan untuk bertahan di tempat lain di tubuh.
Vaksin virus corona, sebaliknya, disuntikkan jauh ke dalam otot dan merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi.
Beberapa dari antibodi tersebut akan bersirkulasi di dalam darah ke mukosa hidung dan bertahan di sana.
Baca Juga: Perusahaan China bakal impor vaksin buatan Pfizer-BioNTech
Namun, tidak jelas berapa banyak kumpulan antibodi yang dapat dimobilisasi, atau seberapa cepat yang bisa mencapai hidung. Jika jawabannya tidak banyak, maka virus bisa bermunculan di hidung dan saat seseorang yang terinfeksi bersin atau menghembuskan napas maka dapat menularkan virus ke orang lain.
“Ini adalah perlombaan. Tergantung apakah virus dapat bereplikasi lebih cepat, atau sistem kekebalan dapat mengendalikannya lebih cepat,” kata Marion Pepper, ahli imunologi di University of Washington di Seattle.
Inilah alasan vaksin mukosa, seperti semprotan hidung atau vaksin polio oral, lebih baik daripada suntikan intramuskular dalam menangkis virus yang menginfeksi lewat pernapasan.
Namun, dia dan para ahli lainnya mengatakan mereka optimis bahwa vaksin akan menekan virus bahkan di hidung dan tenggorokan untuk mencegah orang yang divaksin menyebarkannya ke orang lain.
Selanjutnya: Ini perbedaan rapid test antigen dan rapid test antibodi serta harganya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News