Reporter: Venny Suryanto | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak mudah memang, mencari pendonor konvalesen saat ini. Apalagi, banyak syarat ditetapkan untuk pendonor, tak semata merupakan penyintas Covi-19. Misalnya, sudah 14 hari bebas gejala atau negatif, diutamakan pria berusia 18 tahun- 60 tahun dengan berat minimal 55 kilogram. Belum lagi, penyintas harus bebas komorbid diabetes dan hipertensi maupun penyakit infeksi menular seperti HIV dan hepatitis.
Tapi, dr. Theresia Monica Rahardjo, salah satu inisiator Terapi Plasma Konvalesen (TPK) juga mengingatkan, ada masa emas atau golden period agar donor plasma itu bisa memberikan efektifitas maksimal hingga di atas 90%. Antara lain, plasma diberikan pada minggu pertama demam atau paling lambat 72 jam sejak pertama kali sesak napas.
“Seringkali salah kaprah yang terjadi sekarang adalah banyak pasien yang sudah kritis di ventilator baru mencari plasma konvalesen, karena sejak 14 hari terpapar itu sudah mulai terjadi kerusakan ginjal, jantung, dan paru-paru. Akhirnya baru diberikan plasma, virusnya memang hilang, tetapi pasien sudah sempat mengalami kerusakan organ,” kata dia.
Adapun, kebutuhan darah dalam mendonorkan plasma konvalesen itu tak bisa dipukul rata karena gejala yang dirasakan setiap pasien berbeda. “Kalau misal gejala sedang itu butuh dua kantong, gejala sedang dengan komorbid biasa tiga kantong, kemudian kalau gejala berat ya bisa tiga higga empat kantong,” sambungnya.
Sebelumnya, ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan sebelum mendonorkan plasma konvalesen kepada pasien Covid-19. Apabila prosedur sudah dilakukan secara benar dan baik, efek samping donor kurang dari 1%. Biasanya efek samping itu sama dengan efek samping pada transfusi darah pada umumnya yakni demam, alergi kemerahan hingga gatal-gatal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News