kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kapan pasien Covid-19 harus mendapatkan plasma konvalesen?


Jumat, 23 Juli 2021 / 17:32 WIB
Kapan pasien Covid-19 harus mendapatkan plasma konvalesen?
ILUSTRASI. Lonjakan kasus harian Covid-19 di Indonesia telah mendorong permintaan plasma konvalesen.


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan kasus harian Covid-19 di Indonesia telah mendorong permintaan plasma konvalesen. Metode itu merupakan salah satu upaya pengambilan darah dari penyintas Covid-19 yang dapat diberikan kepada para pasien Covid-19.

Menurut Dr. Monica, Sp.An., KIC., M.SI., MM., MARS., seorang terapis plasma konvalesen mengatakan, di tengah banyaknya pasien Covid-19, metode pengobatan yang saat ini diupayakan adalah dengan terapi dari donor darah plasma konvalesen.

Ia bilang, ada ketentuan-ketentuan yang memang diperhatikan sebelum mendonorkan plasma konvalesen kepada pasien Covid-19. Beberapa diantaranya adalah pernah terdeteksi positif Covid-19 dan atau sudah 14 hari bebas gejala atau negatif serta mendapatkan surat pernyataan sembuh dari dokter yang merawat.

“Sehingga setelah itu barulah masuk dalam proses screening pada pendonor,” kata Monica saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (23/7).

Baca Juga: Syarat donor plasma konvalesen semakin murah, tak perlu hasil tes PCR

Dia menjelaskan, proses screening pertama yakni dengan melakukan test antibodi pada pendonor. Ini untuk memeriksa secara cepat apakah terdapat antibodi baru dalam tubuhnya.

Lalu akan dilakukan sampel darah untuk memeriksa kadar antibodi, pemeriksaan infeksi menular lewat transfusi darah seperti hepatitis, HIV dan lainnya serta pendonor tidak boleh memiliki komorbid yakni diabetes dan hipertensi.

“Syarat lain yang juga tercantum dalam Palang Merah Indonesia (PMI) yakni pendonor minimal berat badan 55kg, usia 18-60 tahun dan diutamakan adalah laki-laki,” jelasnya.

Selain itu, Monica menyampaikanm bila prosuder tersebut dilakukan secara benar dan baik maka efek sampingnya kurang dari 1%. Biasanya efek samping itu sama dengan efek samping pada transfusi darah pada umumnya yakni demam, alergi kemerahan hingga gatal-gatal.

Adapun, kebutuhan darah dalam mendonorkan plasma konvalesen itu tak bisa dipukul rata. Hal ini lantaran setiap gejala yang dirasakan setiap pasien berbeda-beda.

“Ini yang biasanya salah kaprah. Mau gejala sedang, ringan dan berat, tidak bisa dipukul rata hanya butuh 2 kantong darah saja. Kalau misal gejala sedang itu butuh 2 kantong, gejala sedang dengan komorbid biasa 3 kantong, kemudian kalau gejala berat ya bisa 3-4 kantong,” kata Monica.

Selain itu, Monica juga mengatakan, ada waktu golden period dimana donor plasma itu bisa memberikan efektifitas yang maksimal hingga di atas 90%. Misalnya, diberikan pada minggu pertama demam atau paling lambat 72 jam sejak pertama kali sesak napas.

“Seringkali salah kaprah yang terjadi sekarang adalah banyak pasien yang sudah kritis dan diventilator, baru mencari plasma konvalesen, karena sejak 14 hari terpapar itu sudah mulai terjadi kerusakan ginjal, jantung, dan paru-paru. Akhirnya baru diberikan plasma, virusnya memang hilang tapi orangnya justru meninggal karena kerusakan organ,” imbuhnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Dari hari ke hari, begini gejala awal terinfeksi virus corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×