kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penggunaan micin dan isu kesehatan


Senin, 03 Desember 2018 / 12:16 WIB
Penggunaan micin dan isu kesehatan
ILUSTRASI. Pabrik Ajinomoto Indonesia


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - MOJOKERTO. Monosodium Glautamat (MSG) atau lebih dikenal dengan istilah vetsin (micin) merupakan salah satu bahan makanan paling dikenal dan menjadi kontroversi. Terutama seputaran isu kesehatan dan keamanan.

Banyak anggapan, usai menyantap makanan dengan bahan tambahan MSG menimbulkan gejala rasa kebas di belakang leher, tubuh menjadi lemas, serta jantung berdebar-debar.

Lalu benarkah demikian? dr Johanes Chandrawinata, MND, SpGK, spesialis gizi klinik Melinda Hospital menjelaskan MSG sering dituding penyebab berbagai penyakit terutama Chinese Restaurant Syndrome (CRS) seperti, rasa haus, pusing, sakit kepala dan lain-lain.

Padahal menurutnya, sudah banyak penelitian yang menegaskan MSG tidak terbukti sama sekali sebagai penyebab CRS. “Termasuk penelitian di Yogyakarta pada tahun 2.000,” ujarnya saat media gathering beberapa waktu lalu.

Bagaimana perihal MSG dengan penyakit kanker? dr Johanes menuturkan isu kanker tersebut muncul lantaran akibat penelitian MSG pada tikus. Di mana, pada tikus tersebut disuntikkan cairan MSG.

“Penelitian ini tidak bisa sebagai gambaran penggunaan MSG sehari-hari pada manusia. Tidak tepat sekali itu penelitian tersebut karena penggunaan MSG sehari-hai pada manusia hanya sebagai bumbu masak,” paparnya.

Lebih lanjut, dr Johanes menegaskan MSG sudah dinyatakan aman oleh berbagai lembaga kesehatan dunia. MSG boleh digunakan secukupnya dan status aman MSG juga sudah dinyatakan oleh FDA (Food Drug Administration).

Terlepas isu kesehatan, MSG memiliki sejumlah kegunaan. Mulai dari memperkuat rasa pada makanan, menambah total intensitas rasa pada makanan, mempertinggi karakteristik rasa tertentu pada makanan dalam hal kontinuitas dan lain-lainnya.

Dalam penelitian Susan Schiffman menunjukkan penggunaan penguat rasa MSG dalam makanan untuk pasien di rumah sakit menghasilkan konsumsi kalori 10% lebih banyak daripada makanan yang tidak ditambahkan MSG.

“Penggunaan MSG juga menjadi cara untuk diet rendah garam. Konsumsi garam yang tinggi berkaitan dengan terjadinya hipertensi dan beberapa keadaan patologis lainnya,” katanya.

Menanggapi pro dan kontra penggunaan MSG, Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng M Faqih, SH, MH menyatakan agar masyarakat merujuk pada pernyataan atau rekomendasi lembaga yang kredibel.

“Saya tidak menyatakan, silahkan masyarakat mencari sendiri. Atau kawan-kawan percaya pada otoritas negara lihat pada keputusan Menteri Kesehatan (Menkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ini paling gampang,” tuturnya.

MSG merupakan bahan tambahan pangan (BTP) dalam daftar golongan BTP yang diizinkan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Peraturan Menkes Nomor 033 Tahun 2012 tentang BTP.

Penggunaan juga diatur dalam Kepdirjen POM tentang Penggunaan Bahan Tambahan Makanan dan tentang Tata Cara Pendaftaran Produsen dan Produk Bahan Tambahan Makanan serta Kodeks Makanan Indonesia yang diterbitkan oleh BPOM.

Label micin

PT Ajinomoto Indonesia, salah satu produsen MSG mengakui ada beragam informasi yang berkembang di masyarakat mengenai MSG ini.

“Terus terang bicara MSG, konsumsi makanan tidak lepas dari MSG. Kerupuk kandungan MSG cukup lumayan dan mereka enjoy dan tidak ada masalah,” ujar Direktur PT Ajinomoto Indonesia Tri Mulyo Indianto, Rabu (28/11) lalu

Tri menjamin MSG aman untuk kesehatan.  “Dibuktikan kami sudah produksi sudah 69 tahun. Air susu ibu (ASI) juga tinggi MSG-nya. Jadi tentang isu micin ini sosialisasinya step by step,” ujarnya.

Tri mengaku heran dengan isu miring MSG yang terus bergulir. Padahal, micin menjadi alternatif pengganti penggunaan garam dan gula.

Asal tahu, micin terdiri dari natrium (12%), glutamat (78%) dan Air (10%). Jumlah natrium atau garam dalam micin tak seberapa dibanding garam dapur yakni sebanyak 36-39%.

Lebih lanjut Tri menjelaskan, isu miring micin ini tak berdampak besar terhadap pertumbuhan penjualan perusahaan. Rata-rata tiap tahun pertumbuhan penjualan micin kisaran satu digit.

“Kebutuhan MSG selalu tumbuh karena sudah masuk dalam kebutuhan pokok. Hal itu pola micin juga tidak terkena imbas isu pelemahan daya beli,” jelasnya.

Direktur dan Factory Manager PT Ajinomoto Indonesia Yudho Kusbandriyo menambahkan, Ajinomoto membuka diri kepada masyarakat untuk melihat produksi secara langsung sekaligus memperoleh penjelasan secara ilmiah tentang MSG. "Agar clear dan masyarakat tahu bahwa MSG tidak berbahaya untuk kesehatan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×