kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pahami Bahaya Gagal Ginjal Kronis dan Risiko Hiperkalemia


Senin, 23 Desember 2024 / 10:43 WIB
Pahami Bahaya Gagal Ginjal Kronis dan Risiko Hiperkalemia
ILUSTRASI. Gagal ginjal


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH mengingatkan pentingnya deteksi dini dan intervensi dini bagi pasien penyakit ginjal kronis.

“Bila tidak mendapatkan tata laksana yang baik dalam 7 tahun bisa menjadi gagal ginjal kronis (PGK-red). Namun jika terdeteksi lebih awal, maka gagal ginjal bisa lebih lama,”ungkapnya melalui keterangannya Senin (23/12).

Sebagai informasi, penyakit ginjal kronis erat kaitannya dengan Hiperkalemia. Ketika seseorang mengalami PGK, ginjal tidak dapat mengeluarkan kalium dengan efektif seperti biasanya.

Baca Juga: Lindungi Diri dari Penyakit Kritis, BCA Life dan BCA Luncurkan Produk STAR

Hal ini dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah, yang merupakan karakteristik dari hiperkalemia. Peningkatan kadar kalium dalam darah ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi

Pada penderita hiperkalemia, ginjal secara perlahan akan kehilangan fungsinya, yakni untuk menyaring darah, mengeluarkan limbah, dan menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.

Hiperkalemia merupakan kondisi dengan ditandai tingginya kadar kalium dalam darah yang dapat mengancam jiwa. Episode hiperkalemia pada pasien dengan PGK bisa meningkatkan kemungkinan kematian dalam waktu satu hari setelah kejadian.

Selain bagi para penderita PGK, kondisi ini sangat rentan muncul pada pasien yang menderita gagal jantung, diabetes mellitus dan bagi mereka yang mengonsumsi obat tekanan darah.

Baca Juga: Ingin Hidup Lebih Lama? Perhatikan Asupan Garam Anda

Namun bagi penderita PGK, mereka lebih rentan terkena hiperkalemia dengan risiko lebih besar antara 40% hingga 50%.

Bahkan pada kondisi gagal ginjal level lima, dr. Pringgodigdon menyebut risiko kemunculan hiperkalemia bisa sampai sebelas kali lebih berpotensi daripada mereka yang tidak menderita PGK memiliki risiko 1 kali saja.

Kasus ringan PGK mungkin tidak menimbulkan gejala, namun jika diagnosisnya terlambat dari hiperkalemia bisa menyebabkan henti jantung dan kematian.

Untuk itu, penting mendorong pemeriksaan segera melalui tes darah dan elektrokardiogram (EKG) agar memungkinkan pasien menerima pengobatan yang tepat sesegera mungkin.

Deteksi dini memungkinkan intervensi untuk membantu normalisasi kadar kalium dan mencegah komplikasi yang terkait dengan hiperkalemia, seperti aritmia jantung atau masalah jantung serius lainnya.

Baca Juga: 8 Makanan yang Cepat Menurunkan Trigliserida, Catat Ya!

“Tidak hanya itu, deteksi dini juga memberikan penghematan biaya karena tidak perlu dilakukan terapi pengganti fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Sehingga kualitas hidup pasien bisa menjadi lebih baik,” jelas dr dr. Pringgodigdo.

Pemeriksaan segera melalui tes darah dan elektrokardiogram (EKG) sangat dianjurkan untuk pasien PGK. Ini memungkinkan pasien untuk menerima pengobatan yang tepat dari dokter mereka sesegera mungkin.

dr. Pringgodigdo menyebut prioritas untuk mengidentifikasi diagnosis, intervensi maupun tata pelaksana awal bagi pasien PGK akan berkaitan dengan mobilitas dan mortalitas atau angka kematian akibat penyakit tertentu, baik akibat “Kardiorenal” yang mengacu pada hubungan kompleks antara penyakit jantung (kardiovaskular) dan penyakit ginjal (renal).

Merujuk data Riskesdas 2018, Prevalensi Gagal Ginjal Kronis berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur ≥15 Tahun mencapai 713.783 orang.

Di mana secara Provinsi, tiga daerah tertinggi ada di Jawa Barat sebanyak 131.846, Jawa Timur ada 113.045, dan Jawa Tengah sebanyak 96.794 orang.

Baca Juga: Perhatikan Kesehatan Ginjal Anda, Ini 10 Tanda Ginjal Anda Bermasalah

Merujuk data tersebut, dr Pringgodigdo menyebut kalau hipertensi dan diabetes merupakan penyebab tertinggi terjadinya PGK hingga penyakit kardiovaskular lainnya.

Untuk itu, dia menyarankan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat.

Mulai dari diet seimbang, mencegah kelebihan berat badan serta mengonsumsi garam dan gula sesuai dengan rekomendasi, hingga menjalankan olahraga dan ktiivitas fisik teratur.

Bila sudah mengarah pada hiperkalemia, maka yang juga harus dilakukan adalah pemantauan secara rutin kadar kalium dalam darah.

Hingga penyesuaian diet dan penggunaan obat-obatan tertentu untuk dapat membantu mengendalikan kadar kalium dan mencegah kemungkinan komplikasi.

Sebab sinergi antara penanganan PGK dan pengelolaan hiperkalemia menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga mengurangi risiko komplikasi yang bisa terjadi karenanya.

Selanjutnya: Harga Emas Dunia Stabil, Indikator Inflasi Dukung Penurunan Bunga Fed Berlanjut

Menarik Dibaca: Harga Emas Dunia Stabil, Indikator Inflasi Dukung Penurunan Bunga Fed Berlanjut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×