Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Apakah vaksin saat ini efektif menghadapi varian lama?
Mengenai hal ini, Tonang menjelaskan bahwa mutasi terjadi pada level gen, sedangkan vaksin bekerja pada level protein.
"Perubahan pada gen, tidak selalu menimbulkan perubahan pada protein. Bila timbul perubahan, tidak selalu signifikan," ujar Tonang.
Oleh karena itu, ia menambahkan, vaksin yang dibuat untuk varian-varian sebelumnya (misalnya varian Alfa, varian Beta, dan lainnya) tetap berefek pada varian-varian berikutnya seperti varian Delta dan varian Omicron.
Vakin Covid-19 masih menunjukkan keefektifannya selama perubahan mutasi tersebut tidak sampai mengubah proteinnya secara signifikan.
"Jadi (vaksin) tetap berefek pada varian lama maupun varian baru," imbuhnya.
Baca Juga: Covid-19 Sub Varian Omicron BA.2 Masuk Indonesia, Pemerintah Dorong Vaksinasi Lansia
Vaksin untuk proteksi keparahan gejala
Di sisi lain, Sugiyanto mengatakan bahwa meski seseorang sudah divaksin lengkap (2 dosis) dan ditambah booster, tetap saja tindakan itu tidak bisa memblokir infeksi, melainkan hanya memberikan perlindungan dari gejala parah Covid-19.
"Kalau vaksin ketiga atau booster, ini cenderung tidak bisa memblokir infeksi, namun lebih kepada memberikan proteksi terhadap keparahan penyakit yang ditimbulkan atau dengan kata lain cukup untuk mencegah orang sakit kritis," ujar Sugiyono.
Ia menegaskan, kekebalan yang dibentuk setelah booster sebenarnya juga akan berkurang dalam beberapa bulan. Tetapi karena adanya sel B memori dan sel T yang terbentuk, tubuh masih mampu melawan varian Omicron.
Hal ini ditunjukkan dengan penurunan tingkat keparahan atau kekritisan kondisi pasien, walau tidak bisa mencegah terjadinya infeksi Omicron.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Tengah Ramainya Omicron, Apakah Varian Lama Alfa, Beta dan Gamma Masih Ada?"
Penulis : Retia Kartika Dewi
Editor : Inten Esti Pratiwi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News