kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski Bergejala Ringan, Ini Bahayanya Jika Sampai Terjangkit Omicron


Jumat, 14 Januari 2022 / 10:46 WIB
Meski Bergejala Ringan, Ini Bahayanya Jika Sampai Terjangkit Omicron
ILUSTRASI. Varian Omicron yang menyebar cepat menyebabkan gejala penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan versi sebelumnya. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Varian Omicron yang menyebar cepat menyebabkan gejala penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan versi virus corona sebelumnya. Kondisi ini telah memicu pandangan bahwa saat ini, COVID-19 memiliki risiko yang lebih kecil dibanding masa lalu.

Dalam hal ini, beberapa orang mengajukan pertanyaan, mengapa berusaha keras untuk mencegah terinfeksi sekarang, karena semua orang akan terkena virus cepat atau lambat?

Inilah mengapa para ahli mengatakan ini bukan waktunya untuk berpuas diri tentang Omicron. 

Melansir Reuters, berikut 6 alasan mengapa kita harus berupaya keras agar tidak terinfeksi gejala Omicron meski gejalanya ringan:

Baca Juga: Benarkah Pandemi Covid-19 Segera Berakhir? WHO Eropa Membantahnya

1. Anda bisa mengalami gejala parah

Penelitian telah menunjukkan bahwa Omicron mungkin lebih cenderung mengarah pada kasus COVID-19 tanpa gejala daripada varian sebelumnya. Bagi mereka yang memiliki gejala, gejalanya antara lain sakit tenggorokan atau pilek, tanpa kesulitan bernapas yang khas dari infeksi sebelumnya.

Namun penyebaran Omicron yang luar biasa di banyak negara berarti dalam jumlah absolut, lebih banyak orang akan mengalami penyakit parah. Secara khusus, data terbaru dari Italia dan Jerman menunjukkan bahwa orang yang tidak divaksinasi jauh lebih rentan dalam hal rawat inap, perawatan intensif, dan kematian.

"Saya setuju bahwa cepat atau lambat semua orang akan terpapar, tetapi nanti lebih baik," kata pakar virus Michel Nussenzweig dari Universitas Rockefeller. "Mengapa? Karena nanti kita akan memiliki obat dan vaksin yang lebih baik dan lebih banyak tersedia."

Baca Juga: Akhir COVID-19 Sudah Dekat? Ilmuwan Bilang Pandemi Bisa Reda dalam Beberapa Bulan



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×