Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejala umum yang dialami pasien positif Covid-19 antara lain demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Namun, masih ada berbagai gejala lain yang terus ditemukan ahli terkait virus corona ini. Mereka yang positif mengalami Covid-19 juga bisa menunjukkan gejala lain seperti mua, diare, delirium, ruam merah di kulit, dan sejenisnya.
Pakar pengobatan darurat dari New York, Eric Cioe-Pena, mengatakan gejala infeksi virus corona yang paling umum adalah gangguan pernapasan. "Namun, ada pula gejala yang melibatkan sistem organ lainnya," ucap dia.
Cioe-Pena juga menambahkan, gejala infeksi virus corona ini sangat luas. Bahkan, orang-orang yang terinfeksi ada pula yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Baca Juga: Guru Besar FK Unpad Kusnandi ungkap perbedaan vaksin AstraZeneca dan vaksin Sinovac
Mengenal happy hipoxia
Selain gejala yang telah disebutkan, penelitan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine membuktikan Covid-19 juga bisa menimbulkan gejala lain yang disebut dengan happy hipoxia. Gejala tersebut biasanya dialami oleh pasien dengan kasus Covid-19 yang parah.
Happy hopoxia merupakan kondisi dimana kadar oksigen dalam darah sangat rendah. Biasanya, hal ini bisa menyebabkan penurunan kesadaran. Sebaliknya, orang yang mengalami happy hipoxia justru terlihat sehat tanpa mengalami masalah kesehatan yang serius.
Para ahli berspekulasi kondisi ini disebabkan oleh pembekuan darah di pembuluh kecil paru-paru. Namun, diperlukan riset mendalam untuk memastikan hal tersebut.
Baca Juga: Kapasitas RS rujukan corona di Jakarta hampir penuh, Airlangga: Manfaatkan hotel
Martin J. Tobin spesialis paru-paru dari Loyola University Medical Center mengatakan, happy hipoxia juga bisa terjadi karena otak tidak segera mengenali bahwa kadar oksigen dalam darah berkurang. "Kondisi ini bisa membuat tingkat oksigen tubuh telah mencapai titik terendah tanpa disadari. Akibatnya, pasien bisa sesak napas," ucap Tobin.
Selain itu, lebih dari separuh pasien yang mengalami happy hipoxia memiliki kadar karbon dioksida yang rendah. Menurut Tobin, kondisi ini juga bisa mengurangi efek kadar oksigen pada darah. "Ada kemungkinan juga virus corona memberi efek yang aneh dalam merespon tingkat oksigen dalam tubuh," ucapnya.
Menurut Tobin, kondisi ini juga bisa saja membuat banyak pasien positif Covid-19 juga kehilangan indera penciuman.
Baca Juga: Anies umumkan PSBB Jakarta, Kang Emil: Hampir Rp 300 triliun lari gara-gara statement
Mencegah happy hipoxia
Menurut ahli paru-paru dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai, New York, Udit Chaddha, cara paling mudah untuk menghindari happy hipoxia adalah dengan memantau kadar oksigen dalam tubuh menggunakan alat bernama pulse oximeter.
Alat ini berfungsi utuk mengukur saturasi oksigen yang dibawa dalam sel darah merah manusia. "Penggunaannya hanya dengan menempelkan ujung jari ke alat," ucap Chaddha.
Kita bisa mendapatkannya di apotek atau toko online. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok berisiko tingi juga sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan kadar oksigen dalam darah.
Baca Juga: Ketimbang PSBB, Istana menilai cara ini lebih efektif untuk menekan penyebaran corona
"Banyak ahli mengatakan pulse oximeter yang dijual di toko tidak cocok untuk beberapa orang. Itu sebabnya, kita juga harus berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan perangkat yang tepat," ucapnya. (Ariska Puspita Anggraini)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Happy Hipoxia Pada Pasien Covid-19 dan Cara Mencegahnya"
Selanjutnya: Duh, Indonesia alami penurunan kepercayaan publik terbesar di dunia terhadap vaksin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News