Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi
Selain itu, lebih dari separuh pasien yang mengalami happy hipoxia memiliki kadar karbon dioksida yang rendah. Menurut Tobin, kondisi ini juga bisa mengurangi efek kadar oksigen pada darah. "Ada kemungkinan juga virus corona memberi efek yang aneh dalam merespon tingkat oksigen dalam tubuh," ucapnya.
Menurut Tobin, kondisi ini juga bisa saja membuat banyak pasien positif Covid-19 juga kehilangan indera penciuman.
Baca Juga: Anies umumkan PSBB Jakarta, Kang Emil: Hampir Rp 300 triliun lari gara-gara statement
Mencegah happy hipoxia
Menurut ahli paru-paru dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai, New York, Udit Chaddha, cara paling mudah untuk menghindari happy hipoxia adalah dengan memantau kadar oksigen dalam tubuh menggunakan alat bernama pulse oximeter.
Alat ini berfungsi utuk mengukur saturasi oksigen yang dibawa dalam sel darah merah manusia. "Penggunaannya hanya dengan menempelkan ujung jari ke alat," ucap Chaddha.
Kita bisa mendapatkannya di apotek atau toko online. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok berisiko tingi juga sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan kadar oksigen dalam darah.
Baca Juga: Ketimbang PSBB, Istana menilai cara ini lebih efektif untuk menekan penyebaran corona
"Banyak ahli mengatakan pulse oximeter yang dijual di toko tidak cocok untuk beberapa orang. Itu sebabnya, kita juga harus berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan perangkat yang tepat," ucapnya. (Ariska Puspita Anggraini)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Happy Hipoxia Pada Pasien Covid-19 dan Cara Mencegahnya"
Selanjutnya: Duh, Indonesia alami penurunan kepercayaan publik terbesar di dunia terhadap vaksin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News