kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengenal delirium, gejala baru yang dialami pengidap Covid-19


Jumat, 11 Desember 2020 / 08:46 WIB
Mengenal delirium, gejala baru yang dialami pengidap Covid-19
ILUSTRASI. Staf medis berada di Unit Perawatan Intensif (ICU) dimana pasien terinfeksi virus corona (COVID-19) dirawat di klinik Ambroise Pare, Neully-sur-Seine, dekat Paris, Prancis, Kamis (12/11/2020). REUTERS/Benoit Tessier


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Dua studi terbaru menunjukkan, delirium menjadi salah satu gejala awal infeksi virus corona baru, khususnya pada kelompok lanjut usia alias lansia. 

Mengutip EurekAlert, kesimpulan utama tersebut merupakan hasil tinjauan penelitian ilmiah para peneliti dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol.

Dikutip dari Kontan.co.id, Rabu (9/12/2020), studi yang terbit di Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy itu menemukan, bersamaan dengan hilangnya indra perasa dan penciuman serta sakit kepala yang terjadi pada hari-hari sebelum batuk dan kesulitan bernapas, beberapa pasien Covid-19 juga mengalami delirium.

"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana orang tersebut merasa tidak berhubungan dengan kenyataan, seolah-olah mereka sedang bermimpi," kata peneliti UOC Javier Correa. 

Menurutnya, masyarakat harus waspada terutama dalam situasi epidemiologi seperti ini lantaran seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kebingungan mungkin merupakan indikasi infeksi (virus corona). 

Baca Juga: Ini upaya Korea Selatan hadapi serangan virus corona gelombang ketiga

Mengenal delirium 

Merangkum Mayo Clinic, delirium adalah gangguan serius pada kemampuan mental yang mengakibatkan kebingungan berpikir, berkurangnya kesadaran terhadap keadaan di sekelilingnya, dan gangguan emosi. 

Hal itu membuat pengidap delirium sulit untuk berpikir, mengingat, tidur, memperhatikan, dan banyak lagi. Delirium biasanya bersifat sementara dan seringkali dapat diobati secara efektif.

Tipe delirium

Dirangkum dari Healthline, delirium dikategorikan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan, dan karakteristiknya:

  • Delirium tremens adalah bentuk kondisi parah yang dialami oleh orang-orang yang berusaha berhenti kecanduan alkohol. Biasanya, mereka sudah minum alkohol dalam jumlah besar selama bertahun-tahun.
  • Delirium hiperaktif ditandai dengan pengidap menjadi sangat waspada dan tidak kooperatif.
  • Delirium hipoaktif adalah tipe delirium yang lebih sering terjadi. Delirium tipe ini membuat pengidapnya cenderung tidur lebih banyak dan menjadi lalai serta tidak teratur dengan tugas sehari-hari. 

Meski demikian, beberapa orang memiliki kombinasi delirium hiperaktif dan hipoaktif (disebut delirium campuran), bergantian antara dua keadaan.

Baca Juga: Negara Lain Gratiskan Vaksin, DPR Minta Porsi Vaksin Covid-19 Subsidi Ditambah

Apa penyebab delirium? 

Delirium dapat disebabkan oleh satu atau lebih faktor yang berkontribusi, seperti penyakit parah atau kronis, perubahan keseimbangan metabolik (seperti natrium rendah), penggunaan obat-obatan tertentu, infeksi, operasi, atau keracunan. 

Penyebab delirium antara lain penyakit yang menyebabkan peradangan dan infeksi yang dapat mengganggu fungsi otak, seperti pneumonia. Selain itu, mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti obat tekanan darah) atau penyalahgunaan obat-obatan dapat mengganggu bahan kimia di otak.

Penggunaan alkohol atau keracunan juga bisa menyebabkan delirium. Selain itu, sesak napas yang membuat otak kesulitan mendapatkan oksigen juga dapat menyebabkan delirium. 

Baca Juga: Sudah pernah terjangkit corona, perlukah Trump menerima vaksin Covid-19?

Gejala delirium

Delirium memengaruhi pikiran, emosi, kontrol otot, dan pola tidur. Berikut sejumlah gejala delirium: 

  • Kesulitan berkonsentrasi. 
  • Bergerak lebih lambat atau lebih cepat dari biasanya. 
  • Mudah tersinggung dan mood berubah mendadak. 
  • Kesulitan berpikir dan berbicara. 
  • Kurang tidur dan merasa mengantuk. 
  • Berkurangnya memori jangka pendek. 
  • Kehilangan kendali otot (misalnya, inkontinensia). 

Baca Juga: Bersejarah, Israel dan Maroko resmi lakukan normalisasi hubungan diplomatik

Cara mengobati delirium 

Delirium bisa diobati dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu yang diresepkan oleh dokter tergantung dari penyebab delirium. 

Misalnya, jika penyebab delirium adalah serangan asma yang parah, maka bisa jadi akan diresepkan inhaler atau bantuan pernapasan. Jika infeksi bakteri menyebabkan gejala delirium, antibiotik mungkin diresepkan.

Jika delirium disebabkan oleh depresi, maka pasien akan diresepkan beberapa obat untuk meredakan depresi. Konseling juga digunakan sebagai pengobatan bagi orang-orang yang mengidap delirium karena penggunaan narkoba atau alkohol.

Selanjutnya: Soal vaksin corona gratis, Menkes: Indonesia dapat jatah dari COVAX

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×