Penulis: Virdita Ratriani
Delirium dapat disebabkan oleh satu atau lebih faktor yang berkontribusi, seperti penyakit parah atau kronis, perubahan keseimbangan metabolik (seperti natrium rendah), penggunaan obat-obatan tertentu, infeksi, operasi, atau keracunan.
Penyebab delirium antara lain penyakit yang menyebabkan peradangan dan infeksi yang dapat mengganggu fungsi otak, seperti pneumonia. Selain itu, mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti obat tekanan darah) atau penyalahgunaan obat-obatan dapat mengganggu bahan kimia di otak.
Penggunaan alkohol atau keracunan juga bisa menyebabkan delirium. Selain itu, sesak napas yang membuat otak kesulitan mendapatkan oksigen juga dapat menyebabkan delirium.
Baca Juga: Sudah pernah terjangkit corona, perlukah Trump menerima vaksin Covid-19?
Gejala delirium
Delirium memengaruhi pikiran, emosi, kontrol otot, dan pola tidur. Berikut sejumlah gejala delirium:
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Bergerak lebih lambat atau lebih cepat dari biasanya.
- Mudah tersinggung dan mood berubah mendadak.
- Kesulitan berpikir dan berbicara.
- Kurang tidur dan merasa mengantuk.
- Berkurangnya memori jangka pendek.
- Kehilangan kendali otot (misalnya, inkontinensia).
Baca Juga: Bersejarah, Israel dan Maroko resmi lakukan normalisasi hubungan diplomatik
Cara mengobati delirium
Delirium bisa diobati dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu yang diresepkan oleh dokter tergantung dari penyebab delirium.
Misalnya, jika penyebab delirium adalah serangan asma yang parah, maka bisa jadi akan diresepkan inhaler atau bantuan pernapasan. Jika infeksi bakteri menyebabkan gejala delirium, antibiotik mungkin diresepkan.
Jika delirium disebabkan oleh depresi, maka pasien akan diresepkan beberapa obat untuk meredakan depresi. Konseling juga digunakan sebagai pengobatan bagi orang-orang yang mengidap delirium karena penggunaan narkoba atau alkohol.
Selanjutnya: Soal vaksin corona gratis, Menkes: Indonesia dapat jatah dari COVAX
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News