Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Memang, anak-anak dan remaja terinfeksi virus corona yang mengalami gejala parah bahkan meninggal akibat Covid-19 lebih sedikit dibanding kelompok usia yang lebih tua. Tapi, kasus itu tetap ada.
Laporan yang masuk ke WHO dari 30 Desember 2019 hingga 25 Oktober 2021 menunjukkan, anak-anak di bawah usia lima tahun hanya 2% yang terkena Covid-19 dari total kasus global.
Anak-anak yang lebih tua dan remaja yang lebih muda (5 hingga 14 tahun) menyumbang 7% dari total kasus global. Sementara angka kematian dua kelompok itu masing-masing hanya 0,1% dari total kematian global.
"Anak-anak dan remaja biasanya menunjukkan gejala yang lebih sedikit dan lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa, serta lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala parah," kata WHO dalam pernyataan tertulis yang Kontan.co.id terima, Rabu (24/11).
Baca Juga: Tetap waspada, kasus mingguan Covid-19 global masih dalam tren menanjak
Beberapa faktor risiko COVID-19 parah pada anak-anak dan remaja, WHO mengungkapkan, mengacu laporan baru-baru ini adalah obesitas dan kondisi yang sudah ada sebelumnya.
Kondisi yang sudah ada sebelumnya yang terkait dengan risiko COVID-19 parah termasuk diabetes tipe 2, asma, penyakit jantung dan paru, serta kondisi neurologis dan neuromuskular.
Hanya, WHO mengingatkan, anak-anak dan remaja yang terpapar virus corona bisa mengalami gejala klinis yang berkepanjangan atau long Covid, kondisi pasca Covid-19 atau gejala sisa akut dari infeksi SARS-CoV-2.
Selain itu, pasca Covid-19, anak-anak bisa mengalami sindrom hiperinflamasi (PIMS-TS) dan sindrom inflamasi multisistem (MIS-C), meskipun jarang, terjadi di seluruh dunia dan mempersulit pemulihan dari Covid-19.
Baca Juga: Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sebenarnya bisa mencapai 16 juta