kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengenal Cacar Monyet: Cara Penularan, Gejala, Kasusnya di Indonesia, dan Pencegahan


Sabtu, 21 Mei 2022 / 07:09 WIB
Mengenal Cacar Monyet: Cara Penularan, Gejala, Kasusnya di Indonesia, dan Pencegahan
ILUSTRASI. Ilustrasi Cacar Monyet. Cynthia S. Goldsmith, Russell Regnery/CDC/Handout via REUTERS


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID -Jakarta. Sejumlah kasus dugaan cacar monyet atau monkeypox telah dilaporkan di Inggris, Portugal, dan Spanyol. 

Dugaan kasus cacar monyet tersebut meningkatkan kewaspadaan lantaran monkeypox kebanyakan terjadi di Afrika Barat dan Tengah, dan hanya kadang-kadang menyebar di tempat lain. 

Terdapat dua bentuk cacar monyet, yakni galur Afrika Barat yang lebih ringan dan galur Afrika Tengah atau Kongo yang lebih parah. 

Meskipun infeksi virus cacar monyet di Afrika Barat kadang-kadang menyebabkan penyakit parah pada beberapa individu, namun biasanya cacar monyet bisa sembuh sendiri. 

Baca Juga: Wabah Cacar Monyet Melanda Eropa, Lebih dari 100 Kasus Terdeteksi

Cara penularan cacar monyet

Cacar monyet adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Dikutip dari laman Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI, virus monkeypox adalah anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae

Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar Smallpox) dan virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar Smallpox).

Cacar monyet atau monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan 'monkeypox'.

Baca Juga: Kasus Cacar Monyet Makin Menyebar di Benua Biru, Ini Analisa Para Ahli

Di Afrika, infeksi monkeypox telah ditemukan pada banyak spesies hewan, diantaranya monyet, tikus Gambia dan tupai. Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus).

Monkeypox atau cacar monyet adalah penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan oleh virus ke manusia dari hewan seperti monyet dan hewan pengerat (rodent) melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi kulit hewan yang terinfeksi, dan mengonsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi (bush meat).

Penularan antar manusia sangat mungkin, namun jarang. Masuknya virus cacar monyet adalah melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).

Seseorang yang terinfeksi berisiko menularkan Monkeypox sejak timbulnya ruam atau lesi. Namun, setelah semua keropeng rontok, seseorang sudah tidak berisiko menularkan lagi.

Baca Juga: Ciri-Ciri & Cara Penularan Cacar Monyet yang Banyak Terjadi Di Eropa

Gejala cacar monyet

Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) monkeypox biasanya 6 – 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 – 21 hari. 

Gejala cacar monyet yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas. Limfadenopati dapat dirasakan di leher, ketiak atau selangkangan. 

Dalam 1-3 hari setelah gejala awal cacar monyet atau fase prodromal, akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap. 

Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok.

Baca Juga: 4 Gejala Awal Hepatitis Akut yang Pantang Diabaikan

Kasus cacar monyet di Indonesia 

Sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia. Risiko penularan manusia ke manusia yang jarang terjadi, maka dapat dikatakan risiko penyebaran ke Indonesia sangat rendah.

Pemerintah Inggris telah melakukan pengendalian yang cukup cepat untuk mengisolasi penderita, dan pelacakan kontak erat. Investigasi terus dilakukan oleh pemerintah setempat.

Baca Juga: Empat Gejala Awal Hepatitis Akut yang Harus Diperhatikan, Pantang Disepelekan

Cara pengobatan cacar monyet dan kapan ke dokter

Monkeypox atau cacar monyet hanya dapat didiagnosis secara pasti melalui pemeriksaan laboratorium rujukan. Namun secara klinis, diagnosis banding Monkeypox dapat mempertimbangkan penyakit ruam lain, seperti cacar Smallpox (meskipun sudah diberantas), cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat.

Seseorang dengan gejala mirip monkeypox dan memiliki kontak dengan orang/hewan yang yang dicurigai cacar monyet atau memiliki riwayat perjalanan dari wilayah yang melaporkan kasus maka tidak perlu panik. Segera konsultasi dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Baca Juga: Waspada, Virus Monkeypox atau Cacar Monyet Semakin Menyebar di Eropa dan Amerika

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk monkeypox. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif. Namun, cacar monyet biasanya adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari. 

Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. 

Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox atau cacar monyet.

Baca Juga: Empat Gejala Awal Hepatitis Akut yang Harus Diperhatikan, Pantang Disepelekan

Cara mencegah cacar monyet 

Monkeypox atau cacar monyet dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya:

  • Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
  • Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
  • Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita.
  • Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yg diburu dari hewan liar (bush meat).
  • Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox atau cacar monyet agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.
  • Petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.

Itulah informasi mengenai cacar monyet atau monkeypox, serta kasus cacar monyet di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×