Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan ini masyarakat Indonesia akan menyambut libur Hari Raya Idulfitri. Di tengah pandemi Covid-19, suasana libur Lebaran tahun ini tentu akan sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Risiko penularan virus Corona saat momentum Lebaran juga terbilang besar.
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, ada beberapa aktivitas di momen libur Lebaran yang berpotensi besar menularkan virus Corona. Salah satunya adalah aktivitas belanja kebutuhan Lebaran di pasar.
Pada umumnya, banyak orang yang cenderung berburu kebutuhan Lebaran seperti daging, ketupat, sayur, dan sebagainya dengan harga yang relatif murah.
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Senin (10/5): Tambah 4.891 kasus, jangan lupa pakai masker
Mereka pun tidak segan untuk berada di tempat yang penuh kerumunan demi mendapatkan bahan-bahan kebutuhan Lebaran yang murah. Alhasil, pemerintah perlu turun tangan untuk mengantisipasi hal seperti itu.
“Operasi pasar perlu dilakukan. Pemerintah harus memastikan produk-produk kebutuhan lebaran yang murah dapat didistribusikan dengan baik ke berbagai tempat. Ini penting supaya masyarakat tidak datang ke satu tempat yang sama,” ungkap dia, Senin (10/5).
Berikutnya, aktivitas beribadah Salat Ied juga berpotensi menimbulkan klaster penyebaran Covid-19 jika tidak ada antisipasi yang baik. Idealnya, jika Salat Ied berjamaah tetap ingin dilaksanakan, aktivitas tersebut baiknya dilakukan di tempat terbuka (outdoor) dan harus dengan sirkulasi udara yang aman.
Dalam hal ini, apabila kecepatan angin di tempat pelaksanaan Salat Ied tergolong rendah, maka panitia pelaksana wajib memasang kipas angin di beberapa titik.
Jama’ah yang hadir pun diharuskan berasal dari zona yang sama dengan lokasi ibadah. Pemeriksaan suhu dan pengaturan jarak antar shaf salat harus diatur sedemikian rupa.
“Orang yang pergi Salat Ied di luar sebaiknya wudhu dari rumah, tidak keluyuran, tidak bergerombol, dan tidak usah bersalaman supaya terhindar dari virus,” terang Dicky.
Selain itu, aktivitas halal bi halal dan open house juga rawan akan penyebaran virus Corona. Sebaiknya, aktivitas tersebut tidak digelar secara langsung, melainkan cukup melalui sarana virtual.
Kalaupun halal bi halal tetap dilaksanakan, idealnya hanya melibatkan keluarga sendiri saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan tidak berlama-lama saat acara.
Tak ketinggalan, kegiatan wisata saat musim libur lebaran juga berisiko menimbulkan klaster penyebaran Covid-19. Peran pemerintah sangat penting dalam mengawasi tempat-tempat wisata yang masih buka saat libur Lebaran berlangsung.
Jumlah pengunjung tentu harus dibatasi. Proses pembelian tiket tempat wisata pun diharuskan melalui layanan internet. Kegiatan wisata pun sebaiknya dilakukan di tempat yang terbuka.
Baca Juga: Arab Saudi bakal buka ibadah haji 2021, ini persiapan Kemenag
“Masyarakat juga harus bisa menilai dirinya sendiri. Kalau dirasa sedang tidak fit atau punya komorbid, sebaiknya tidak perlu berwisata,” imbuh Dicky.
Dihubungi terpisah, Direktur Panca Budi Idaman Lukman Hakim memutuskan untuk beribadah saat Lebaran di rumah saja demi menghindari risiko penyebaran Covid-19.
Ia juga lebih memilih untuk bersilaturahmi secara virtual dengan saudara-saudara maupun teman-temannya yang ikut merayakan Idulfitri.
Memang, tidak menutup kemungkinan ia tetap berpergian keluar rumah saat masa libur Lebaran untuk berbagai hal. Tapi, ia memastikan selalu menaati protokol kesehatan yang ada.
“Saya pasti menggunakan masker, social distancing, dan membawa hand sanitizer,” pungkasnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News