Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Rousettus aegyptiacus, kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae, dianggap sebagai inang alami virus Marburg. Virus ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar di antara manusia melalui penularan dari manusia ke manusia.
"Saat ini, tidak ada terapi atau obat khusus yang disetujui untuk penyakit virus Marburg," ujar WHO.
Meski begitu, perawatan suportif, termasuk pemantauan ketat tanda-tanda vital, resusitasi cairan, pemantauan elektrolit dan asam basa bersama dengan pengelolaan koinfeksi serta disfungsi organ, merupakan komponen penting dari perawatan dan mengoptimalkan hasil juga kelangsungan hidup pasien.
Virus Marburg satu keluarga dengan Ebola. Keduanya anggota keluarga Filoviridae (filovirus). Meskipun disebabkan oleh virus yang berbeda, kedua penyakit ini secara klinis serupa.
"Penyakit virus Marburg dan Ebola jarang terjadi tapi memiliki kapasitas untuk menyebabkan wabah dengan tingkat kematian yang tinggi," ungkap WHO.
Baca Juga: WHO: Hanya butuh 6 bulan, kasus COVID-19 global bertambah 100 juta
Penularan virus Marburg
Virus Marburg menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung (lewat kulit yang terluka atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi.
Lalu, kontak langsung dengan permukaan dan bahan, misalnya tempat tidur dan pakaian, yang terkontaminasi dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi virus Marburg.
Petugas kesehatan sering terinfeksi saat merawat pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi menderita penyakit virus Marburg. Ini terjadi melalui kontak dekat dengan pasien ketika tindakan pencegahan pengendalian infeksi tidak dilakukan secara ketat.
Penularan melalui peralatan injeksi yang terkontaminasi atau melalui luka tusukan jarum dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, kerusakan yang cepat, dan, mungkin, tingkat kematian yang lebih tinggi.
Upacara pemakaman yang melibatkan kontak langsung dengan jenazah pasien penyakit virus Marburg juga bisa berkontribusi dalam transmisi virus Marburg. "Orang tetap menular selama darah mereka mengandung virus," imbuh WHO.
Baca Juga: Termasuk di Indonesia, WHO uji tiga obat baru untuk pasien COVID-19 parah