Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Sementara, artikel terbaru di jurnal medis Inggris BMJ juga mendorong praktisi medis untuk menggunakan kopi sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi infeksi virus corona. Artikel BMJ lainnya mencakup pengalaman orang pertama dari ahli saraf, Brasil Sofia Mermelstein, yang menduga dia mungkin terinfeksi virus corona setelah dia kehilangan kemampuannya mencium kacang Brasil segar.
Sebagai bagian dari upaya yang lebih luas di awal semester ini untuk menjaga keamanan kampus selama kelas tatap muka, Penn State University College of Agricultural Sciences sudah mengunakan metode ini. Di kampus disiapkan alat "Pemeriksaan Bau Harian" yang meminta mahasiswa untuk minum kopi setiap hari. Tentu saja, mencium aroma kopi bukanlah ilmu yang sempurna, dan tidak boleh disalahartikan sebagai tes kesehatan yang sah.
Seorang ahli ilmu makanan dan ahli epidemiologi di Penn State University menguraikan peringatan ini dalam artikel di the Conversation. Dia menyarankan anosmia menjadi satu-satunya prediktor terbaik untuk diagnosis Covid-19.
Baca juga: Tips merawat bayi di tengah pandemi, agar tidak terinfeksi virus corona
"Kehilangan penciuman sangat spesifik untuk Covid-19, tetapi tidak semua orang dengan infeksi SARS-CoV-2 melaporkan kehilangan penciuman," ungkap dia. "Secara kritis, bisa mencium sesuatu tidak berarti kita terbebas dari Covid-19, sekalipun itu mencium aroma yang kuat dari kopi," imbuh dia.
Namun, kembali lagi bahwa mencium aroma kopi bukanlah ilmu yang sempurna untuk mendeteksi virus corona. Meski demikian, mencium kopi paling tidak bisa menjadi deteksi dini gejala virus corona sehingga bisa segera isolasi mandiri sebelum mendapat penanganan medis. Ingat, pandemi belum berakhir, jangan lupa terapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Tanda Infeksi Covid-19 Pakai Kopi, Begini Caranya",
Penulis : Ryan Sara Pratiwi
Editor : Glori K. Wadrianto
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Ingat, inilah kelompok masyarakat yang tidak perlu Rapid test & PCR untuk bepergian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News