Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Kasus Omicron di Indonesia melonjak dua kali lipat. Kenali lagi gejala varian virus corona yang sangat menular ini. Apalagi, ZOE COVID Study melaporkan gejala baru Omicron.
Juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmidzi mengungkapkan, kasus Omicron di Indonesia bertambah 68 orang pada Jumat (31/12), sehingga total infeksi menjadi 136 orang
“Semua kasus merupakan pelaku perjalanan luar negeri, dengan asal negara kedatangan paling banyak dari Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat,” katanya, dikutip dari akun Facebook Kemenkes.
Dari 68 kasus Omicron tersebut, sebanyak 29 orang tidak memiliki gejala, 29 orang dengan gejala ringan, 1 orang dengan gejala sedang, dan 9 orang lainnya tanpa keterangan.
Menurut Nadia, data WHO dari penghitungan prediksi peningkatan kasus akibat Omicron dibanding Delta dan dengan mempertimbangkan tingkat penularan juga risiko keparahan, kemungkinan akan terjadi penambahan infeksi yang cepat akibat varian itu.
Baca Juga: Kasus Omicron Terus Bertambah, Jokowi Tegaskan Tak Ada Dispensasi Karantina
Tetapi, diiringi dengan tingkat penggunaan tempat tidur rumahsakit atau ICU yang lebih rendah dibandingkan dengan periode Delta.
Artinya, varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi tapi dengan risiko sakit berat yang rendah.
"Walaupun begitu, masyarakat tetap harus waspada karena situasi bisa berubah dengan cepat. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian serta upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan," ujar Nadia.
Gejala baru varian Omicron
Mengutip The Daily Express, pasien Covid-19 yang terpapar varian Omicron melaporkan kabut otak sebagai salah satu gejala di aplikasi ZOE COVID Study, yang mencatat dan menganalisis gejala virus corona.
"Salah satu gejala Omicron yang lebih tidak biasa tetapi sangat umum adalah kabut otak," sebut The Daily Express.
Kabut otak menjadi gejala Covid-19 yang agak langka. Laporan gejala ini sebelumnya muncul pada Oktober 2020. Tapi, tidak sering dilaporkan sebagai salah satu gejala umum, seperti demam, batuk, dan nyeri tubuh.
Baca Juga: 5 Kabar Baik Tentang Varian Omicron, Banyak yang Tidak Tahu
Dr. Shruti Agnihotri, ahli saraf di University of Alabama Birmingham, Inggris, mengatakan kepada ABC 33/40, kabut otak sering dikaitkan dengan sakit kepala parah dan kehilangan ingatan.
“Seringkali pasien ini bahkan telah pulih dari gejala demam dan sesak napas awal dan mereka terus mengalami sakit kepala yang sangat parah dan cenderung sering mengeluh tentang kehilangan ingatan, sering disebut sebagai kabut otak,” katanya.
“Pasien sering kali menggambarkan kesulitan dengan perhatian, fokus, hanya tidak merasa benar, tidak setajam sebelumnya. Kami terkadang melihat gejala ini dalam banyak kondisi lain, selama pasca-gegar otak,” sebut Agnihotri.
Selain kabut otak, aplikasi ZOE COVID Study juga melaporkan kehilangan nafsu makan sebagai gejala baru varian Omicron.
Baca Juga: Perkenalkan Florona, Infeksi Ganda COVID-19 dan Influenza
Berikut gejala teratas varian Omicron yang dilaporkan aplikasi ZOE COVID Study:
- sakit kepala
- pilek
- kelelahan (baik ringan atau berat)
- bersin
- sakit tenggorokan
- kehilangan bau
- batuk terus-menerus
Pejabat tinggi WHO di Eropa Hans Kluge mengatakan, 89% dari mereka yang terinfeksi Omicron yang dikonfirmasi di Eropa melaporkan gejala yang sama dengan varian virus corona lainnya, termasuk batuk, sakit tenggorokan, demam.
Sementara Dr Angelique Coetzee, dokter Afrika Selatan yang pertama kali memberi tahu pihak berwenang tentang Omicron, mengungkapkan, nyeri otot, kelelahan, tenggorokan gatal, dan keringat malam adalah gejala umum varian itu.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News