kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jarak hamil terlalu dekat, ini penyebabnya


Jumat, 17 Juni 2016 / 13:59 WIB
Jarak hamil terlalu dekat, ini penyebabnya


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Kebobolan hamil mungkin jadi berita yang menyenangkan sekaligus membingungkan. Terlebih lagi jika baru saja melahirkan dan memang tidak merencanakan kehamilan.

Ternyata, ada beberapa jarak kehamilan terlalu dekat yang memang terjadi dengan alasan medis. Sebuah studi pernah menungkapkan sebanyak 30% wanita memiliki anak lagi ketika anak pertama berusia 18 bulan.

Memiliki bayi cepat ternyata banyak risikonya, seperti mengalami preeklamsia, kelahiran prematur hingga melahirkan dengan berat badan rendah. Hal ini karena, sebenarnya membutuhkan waktu 18 bulan untuk memulihkan diri sebelum hamil lagi.

Lalu, mengapa hail ini terjadi? Salah satu alasannya adalah banyak yang kembali aktif secara seksual setelah kehamilan.

Fit Pregnancy melaporkan, sebuah studi pada 2013 melaporkan 41% ibu melakukan seks pada waktu 6 minggu melahirkan dan 78% melakukan seks dalam waktu 12 minggu.

Menurut studi ini, para ibu berpikir tidak akan mungkin hamil setelah melahirkan sehingga mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi. Selain itu, banyak yang menganggap kalau sedang menyusui tidak memungkinkan untuk hamil.

Namun, ilmu medis juga mengakui bahwa menyusui dapat menekan peluang kemungkinan hamil lagi. Ibu yang tidak menyusui bahkan bisa hamil lagi empat minggu setelah kelahiran.

Menurut Stephani Teal, M.D., periode yang tepat untuk melahirkan ada setelah dua tahun. Sebab, dalam kurun waktu tersebut adalah masa tersibuk bagi seorang ibu.

Maka sangat penting untuk melakukan pengendalian kelahiran. Untuk itu, perlu memakai alat kontrasepsi meski baru saja melahirkan hingga si kecil usia balita.

Sebuah studi lain justru berkata lain. Wanita yang mengalami kesulitan di masa lalu justru berisiko mengalami kehamilan yang tidak direncanakan.  Menurut studi ini, para wanita justru merasa bebas karena sulit hamil sehingga mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Ibu harus merencanakan kehamilan sebab ada banyak risiko jarak kehamilan terlalu dekat. Seperti kurangnya nutrisi seperti asam folat.

Tubuh membutuhkan waktu untuk mengisi asam folat dalam tubuh. Bahkan, sebuah studi dari Columbia University mengungkapkan ibu hamil yang dalam waktu 11 bulan dari kelahiran berisiko memiliki bayi yang menderita autisme.

(Niken/Tabloid Nakita)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×