Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Selain itu, bisa jadi orang yang hendak diswab memiliki struktur hidung bengkok sehingga rongga hidung lebih sempit. Apabila yang melakukan tes swab / rapid test antigen tidak memahami struktur tersebut dan asal mengambil, maka bisa menyebabkan kesakitan luar biasa.
Risiko tes swab / rapid test antigen selanjutnya adalah patahnya tangkai yang digunakan untuk melakukan swab. Hal ini dikarenakan fungsi hidung ketika terkena benda asing. "Fungsi hidung menimbulkan refleks bersin. Kalau memasukkan tangkainya kena mukosa, bisa bersin, dan risiko putus tangkainya. Ini sering terjadi," kata Dewi.
Apabila tangkai patah di dalam, sementara yang melakukan tes swab / rapid test antigen tidak paham cara mengambilnya, maka risikonya bisa terjadi pendarahan di hidung atau epistaksis. Risiko pendarahan juga bisa terjadi jika tangkai swab mengenai pembuluh darah.
Dewi menekankan, di hidung banyak sekali pembuluh darah yang mudah pecah. "Pendarahan yang banyak bisa menimbulkan syok karena panik. Selain itu, pendarahan yang banyak bisa menyumbat jalan napas, yang berakibat fatal," tambahnya.
Dewi mengatakan, epistaksis atau pendarahan yang vanyak merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan di bidang THT. Kondisi ini perlu ditangani dengan segera. "Jangan sampai risikonya fatal bukan karena swab untuk pemeriksaan Covid-19, tapi karena efek samping epistaksis," ujar dokter yang berpraktik di Departemen THT RS Dr Muwardi Surakarta itu.
Baca juga: Katalog promo Tupperware Januari 2021, edisi khusus diskon 24%-40%
Tenaga profesional
Dewi mengingatkan, sebaiknya tes swab / rapid test antigen dilakukan oleh tenaga profesional yang sudah mengetahui teknik swab dan struktur anatomi hidung dengan baik. Dengan begitu dapat meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. "Lebih aman melakukan swab di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan tersebut," kata Dewi.
Selain itu, tenaga profesional yang melakukan tes swab / rapid test antigen sudah dilengkapi APD untuk melindungi dirinya terpapar virus. "Prinsipnya 'kan kalau mau melakukan swab, orang yang di-swab itu positif, meskipun nanti hasilnya negatif. Jadi tenaga profesional sudah memproteksi diri dengan memakai APD lengkap," pungkas Dewi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Coba-coba Swab Antigen Sendiri, Ini Bahayanya",
Penulis : Maria Adeline Tiara Putri
Editor : Lusia Kus Anna
Selanjutnya: Ancaman Gunung Merapi meletus, masyarakat balik lagi ke pengungsian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News