Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Alat rapid test antigen atau swab antigen bisa dibeli di apotek. Namun jangan coba-coba melakukan rapid test antigen atau tes swab sendiri. Ada dampak yang berbahaya jika melakukan rapid test antigen atau tes swab sendiri.
Beberapa waktu lalu, video penyanyi Bunga Citra Lestari (BCL) yang melakukan tes swab antigen atau rapid test antigen kepada temannya sebelum berkumpul viral di media sosial. Hal ini dikarenakan BCL melakukan tes swab kepada temannya seorang diri, tanpa bantuan tenaga profesional. Tindakannya itu mendapat banyak kritik.
Tak jauh berbeda, baru-baru ini di media sosial juga ramai pembicaraan terkait kisah dari seorang dokter telinga, hidung, dan tenggorokan (THT). Dalam gambar tangkapan layar yang beredar, dokter THT itu menceritakan dirinya kedatangan pasien yang kebingungan karena terpapar Covid-19 dari temannya.
Pasien tersebut terpapar setelah melakukan saling tes swab / rapid test antigen dengan ketiga temannya tanpa bantuan tenaga profesional. Ternyata salah satu dari mereka positif Covid-19.
Baca juga: Murah, harga mulai Rp 38 jutaan untuk lelang mobil dinas Chevrolet Captiva
Padahal saat melakukan tes swab / rapid test antigen sendiri, tidak ada satu pun dari keempat orang itu yang menggunakan alat pelindung diri (APD). Melakukan tes swab / rapid test antigen sendiri tanpa bantuan tenaga profesional memang tidak dianjurkan.
Menurut DR. dr Sarwastuti Hendradewi, SpTHT-KL (K).,Msi Med, tindakan itu sangat berbahaya. Ada beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi apabila tes swab / rapid test antigen tidak dilakukan oleh tenaga profesional. Berikut bahaya dan dampak negatif tes swab / rapid test antigen sendiri:
Kesalahan hasil pemeriksaan
Dokter yang akrab disapa Dewi itu menjelaskan, swab merupakan tindakan di nasofaring untuk mengambil spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan. Swab nasofaring dilakukan melalui lubang hidung.
Hidung merupakan organ yang memiliki struktur anatomi sempit. Belum lagi di hidung banyak bangunan-bangunan dan pembuluh darah serta mukosa (lapisan kulit dalam) yang tipis.
Menurut Dewi, orang awam yang melakukan swab sendiri tidak memahami struktur anatomi hidung dan tidak mengetahui bagian yang harus diambil. "Jadi bagian yang diambil enggak sampai ke tempat seharusnya yang menjadi bahan pemeriksaan," ujar Dewi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2020).
Kesalahan dalam pengambilan bagian untuk pemeriksaan bisa memberikan hasil yang tidak tepat. Bisa jadi hasil pemeriksaan harusnya positif. Tapi karena tempat pengambilannya salah, hasilnya menjadi negatif.