Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri wajib mewaspadai faktor-faktor penyebab saturasi atau kadar oksigen dalam darah turun di bawah normal. Pasalnya, jika saturasi atau kadar oksigen dalam darah turun jauh dari batasan normal bisa menyebabkan kematian.
Pasien yang meninggal dunia di rumah saat menjalani isolasi mandiri (isoman) terus bertambah. Diberitakan Kompas.id, 5 Juli 2021, menurut data LaporCovid-19, sejak Juni terdapat 311 pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.
”Secara total sejak Juni, menurut catatan kami, sudah ada 311 pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri, tetapi trennya tiap hari meningkat,” kata Ketua Tim Data LaporCovid-19 Said Fariz Hibban.
Ada yang melaporkan pasien Covid-19 yang meningal tersebut mengalami sesak dan gagal napas, diduga karena saturasi atau kadar oksigen yang tiba-tiba turun atau drop.
Penyebab saturasi / kadar oksigen dalam darah turun
Dokter spesialis paru Konsultan Onkologi di RSUD dr. Pirngadi Medan Dr. Moh Ramadhani Soeroso, M.Ked(Paru), Sp.P-K.Onk, mengungkapkan, kondisi pasien yang memburuk secara tiba-tiba bisa karena mengalami happy hipoxia. Happy hipoxia bisa menjadi salah satu penyebab saturasi / kadar oksigen dalam darah turun.
Baca juga: Inilah cara melakukan proning untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien Covid-19
"Kalau pasien drop, tiba-tiba sesak napas saat isoman dan meninggal, karena pasien alami hipoksia atau gagal napas akibat parunya terinfeksi luas, yaitu bronkopneumonia bilateral atau GGO (ground glass opacity) mengenai kedua paru," kata Ramadhani kepada Kompas.com, Kamis (8/7/2021). Hal itu bisa dideteksi ketika CT scan toraks.
Penyebab lain saturasi / kadar oksigen dalam darah turun adalah saluran napas kecil atau alveoli mengalami kolaps akibat penumpukan dahak yang berlebihan. Peristiwa saturasi atau kadar oksigen turun ini tidak hanya terjadi pada orang dengan komorbid atau penyakit bawaan.
Ramadhani mengungkapkan, hal itu bisa terjadi pada siapa saja. "Siapa pun bisa kena bukan harus ada yang punya komorbid," ujar dia.
Sementara itu, dokter spesialis paru di RS Harapan Bunda dr. Eva Sri Diana, SpP. mengatakan semua juga bisa mengalami perburukan. "Semua bisa, terutama yang punya komorbid atau obesitas," kata Eva kepada Kompas.com, Kamis (8/7/2021).