kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Inilah penelitian terbaru virus corona, dari vaksin hingga prediksi kematian


Senin, 26 Oktober 2020 / 07:46 WIB
Inilah penelitian terbaru virus corona, dari vaksin hingga prediksi kematian
ILUSTRASI. Inilah penelitian terbaru virus corona, dari vaksin hingga prediksi kematian . REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Virus corona sudah menyebar ke berbagai negara. Bersamaan itu, penelitian tentang virus corona gencar dilakukan untuk menemukan pengobatan dan pencegahan. Terbaru, para peneliti publikasikan sejumlah penelitian terkait virus corona.

Berdasarkan data Worldometers, Minggu (25/10/2020), virus corona telah menginfeksi sebanyak 42.990.580 orang di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.707.974 pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan 1.155.437 lainnya meninggal dunia.

Oleh karena itu, pengungkapan misteri Covid-19 yang dilakukan para ilmuwan ini sangat penting untuk mendukung pembuatan obat, vaksin, dan menentukan langkah pencegahan.

Berikut sejumlah penelitian baru terkait virus corona yang dirilis para ilmuwan.

Efektivitas plasma darah

Sebuah studi yang diterbitkan British Medical Journal (BMJ) menunjukkan pengobatan menggunakan plasma darah pasien yang pulih tak banyak berpengaruh pada pasien virus corona. Hasil studi itu didapatkan setelah meneliti 400 pasien Covid-19 yang tengah dirawat di rumah sakit seluruh India, antara April dan Juli 2020.

Baca juga: Virus corona di AS semakin parah, banyak pejabat di Gedung Putih positif Covid-19

Mereka kemudian dibagi menjadi dua kelompok, satu di antaranya menerima dua transfusi plasma selang 24 jam dan mendapat perawatan terbaik. Usai 7 hari, beberapa gejala seperti sesak napas dan kelelahan terlihat membaik.

Namun, pengobatan itu tak mengurangi kemungkinan kematian atau peningkatan gejala menjadi parah. "Percobaan dapat menunjukkan efek kecil pada tingkat di mana pasien dapat terbebas dari virus, tetapi ini tidak cukup untuk meningkatkan pemulihan mereka dari penyakit," kata Simon Clarke, ahli mikrobiologi seluler di Univesity of Reading.

Vaksin AstraZeneca

Baru-baru ini, satu penelitian menyebut vaksin dari AstraZeneca dinilai dapat memicu kekebalan yang kuat dari virus corona. Menurut analisis para ilmuwan independen di Inggris, hasil pengujian sementara ini bisa menjadi kabar positif. "Vaksin ini melakukan semua yang kami harapkan dan itu kabar baik dalam perjuangan kami melawan penyakit," kata ahli virologi dari University of Bristol yang juga menjadi pemimpin penelitian, David Matthews.

Vaksin AstraZeneca yang bekerja sama dengan Oxford University ini dibuat dengan mengambil virus flu biasa yang disebut adenovirus dari simpanse dan menghapus sekitar 20 persen instruksi virus.

Potensi kematian Covid-19 di AS

Studi permodelan yang dilakukan Institute for Health Metrics dan Evaluation (IHME), University of Washington, memperkirakan angka kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat akan melebihi 500.000 pada Februari 2021.

Dengan sedikit opsi perawatan Covid-19 yang efektif dan belum tersedianya vaksin, hasil permodelan itu menunjukkan AS menghadapi tantangan kesehatan publik yang serius. "Dengan skenario yang dievaluasi di sini, AS kemungkinan besar menghadapi tantangan kesehatan publik yang terus menerus dari Covid-19 hingga 28 Februari 2021 dan selanjutnya," tulis IHME dalam studinya yang dipublikasikan di Jurnal Nature Medicine.

IHME menjelaskan, lonjakan kasus di AS saat ini kemungkinan akan semakin intens pada November dan Desember 2020, serta mencapai puncaknya pada Januari 2021.

Baca juga: Rp 20 jutaan, lelang mobil dinas Mitsubishi Lancer ditutup hari ini

Antibodi Covid-19 bertahan 4 bulan

Dalam penelitiannya, Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finalandia (THL) melaporkan antibodi setelah terinfeksi Covid-19 bisa bertahan setidaknya empat bulan. Ini mengindikasikan, antibodi virus corona bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Selain itu, antibodi Covid-19 juga terbentuk satu bulan setelah infeksi dan masih dapat dideteksi hingga empat bulan lamanya. "Hampir semua pasien membentuk antibodi penawar dan sebagian besar mempertahankannya selama periode pengamatan (empat bulan)," kata ilmuwan senior THL Merit Melin.

Studi tersebut melibatkan 129 orang dalam keluarga, yang memiliki setidaknya satu orang terinfeksi virus corona, dimulai pada Maret 2020. (Nur Rohmi Aida/Retia Kartika Dewi/Vina Fadhrotul Mukaromah/Gloria Setyvani Putri | Editor: Jihad Akbar/Rizal Setyo Nugroho/Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sederet Studi Terbaru tentang Virus Corona", 

Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Jihad Akbar

Selanjutnya: Ingat, hari ini mulai Operasi Zebra 2020, berikut jenis pelanggaran dan dendanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×