Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Rincian ini bisa menjelaskan mengapa banyak mantan pasien Covid-19 yang sembuh tetap merasa lemah dalam jangka panjang. Di sisi lain, dalam waktu bersamaan sel-sel T peregulasi menurun tajam. Sebuah kombinasi sangat berbahaya, yang dapat mengarah pada penyakit autoimun.
Selain itu, juga bisa dibuktikan, sel-sel imunitas yang memproduksi antibodi, berkembang biak dalam darah pasien Covid-19 yang sembuh. Semakin hebat demam yang diderita pasien dengan gejala Covid-19 sedang, makin tinggi pula tingkat kekebalan terhadap virus corona.
"Temuan kami bisa menjadi kontribusi untuk memahami lebih baik penyakit ini. Juga membantu dalam pengembangan kandidat vaksin, karena kami sekarang bisa melacak biomarker yang potensial dan dapat melakukan monitoring lebih baik lagi,“ papar tim peneliti dari Universitas Kedokteran Wina itu dalam artikel ilmiahnya.
“Kami sekarang mengetahui bahwa T-Lymphocite merupakan paremeter penting, jika kami menganalisis kandidat vaksin,“ pungkas Pickl.
Penelitian itu terutama menunjukkan sistem kekebalan tubuh manusia, menangkal sebuah penyakit dengan bantuan sel-sel kekebalan dan antibodi, ibarat pertahanan ganda dalam sepak bola modern.
Sel-sel kekebalan tubuh bisa megenali pola serangan virus dari memori yang dimiliki, dan bereaksi terhadap serangan. Kini masalahnya adalah bagaimana menerapkan semua pengetahuan ini dalam praktik, terutama dalam terapi pengobatan pasien Covid-19, serta dalam pengembangan vaksin yang ampuh, aman, dan efektif.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Ungkap 7 Gejala Khas Covid-19 Tingkat Ringan hingga Sedang",
Editor : Gloria Setyvani Putri
Selanjutnya: Di Jakarta, lelang rumah murah hanya 1 unit Rp 200-an juta luas 90 m2
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News