Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Sistem imunitas muda tidak berdasarkan umur pasien. Namun, diukur dari jumlah sel kekebalan tubuh atau T-Lymphocite dari jaringan thymus. “Dengan itu, kami bisa dengan tegas menarik batasan sistemik, misalnya antara kelompok satu sampai tiga dengan kelompok enam dan tujuh, berdasarkan jenis proses pada organ yang khas dari infeksi primer Covid-19," ujar Pickl lebih lanjut.
Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa kasus tumpang tindih gejala Covid-19 antar kelompok juga tidak bisa terjadi. Walau begitu ditunjukkan, terdapat korelasi antara masing-masing kelompok yang berbeda dengan parameter kekebalan konkrit.
Misalnya proses sakit dengan demam tinggi pada pasien Covid-19, berkorelasi dengan memori kekebalan tubuh, dan ini menjadi indikasi tegas adanya sebuah imunitas jangka panjang. Sebaliknya, kehilangan indera penciuman dan pengecap pada pasien Covid-19 dikaitkan dengan tingginya kadar T-Lymphocite.
Baca juga: Promo Tupperware November 2020, ada potongan harga khusus perabotan makan-minum
Sidik jari Covid-19 dalam darah
Pada peneliti juga bisa membuat sejumlah biomarker penting Covid-19 dari sampel darah pasien. Mereka menemukan, infeksi Covid-19 setelah 10 minggu meninggalkan perubahan tegas pada sistem kekebalan tubuh pasien. Ini menjadi semacam sidik jari di dalam darah bekas pasien.
Jumlah granulocyt yang biasanya dalam sistem kekebalan tubuh berfungsi memerangi bakteri patogen pada kelompok Covid-19 yang secara signifikan lebih rendah dibanding normal. “Ini hal yang mencegangkan dan sama sekali baru,“ ujar pakar imunologi itu dalam wawancara dengan DW.
“Untuk itu, sel kekebalan tubuh terus mengembangkan memori dan sel-T dalam kondisi sangat aktif. Hal tersebut menunjukkan, sistem kekebalan tubuh bahkan beberapa minggu setelah infeksi pertama, tetap melawan penyakit secara intensif,“ tambah Winfried Pickl.