kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini yang dilakukan sejumlah negara untuk memastikan keampuhan vaksin corona


Minggu, 07 Maret 2021 / 17:49 WIB
Ini yang dilakukan sejumlah negara untuk memastikan keampuhan vaksin corona
ILUSTRASI. Suasana salah satu food court mal di Jakarta, Selasa (2/3). Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan, meski sudah menerima vaksin Covid-19./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/02/03/2021.


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seberapa efektif vaksin mengatasi ancaman varian baru virus corona? Pertanyaan ini muncul mengingat banyak varian baru virus corona yang terdeteksi setelah program vaksinasi bergulir di berbagai negara.

Varian yang menjadi penyebab banyak kasus infeksi virus corona di masa kini, seperti B.1.1.7, varian B.1.351 dan varian P.1, jelas muncul setelah para ahli mengembangkan vaksin Covid-19. Pengembangan vaksin mulai bergulir begitu data susunan genetika SARS-CoV-2, yang merupakan nama resmi virus corona, dirilis ke publik pada 10 Januari 2020.

Sedang varian B.1.1.7 pertama kali terdeteksi di Inggris pada September 2020. Sejak teridentifikasi, virus telah beredar cepat. Hingga per Maret tahun ini, varian ini telah menjadi penyebab banyak kasus infeksi baru Covid-19 di Inggris. Kasus Covid-19 yang disebabkan B.1.1.7 sekarang ditemukan di lebih dari 50 negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Mencegah Covid-19 karena mutasi virus corona B117, ini saran epidemiolog

Kemunculan B.1.351 lebih lambat dari B.1.1.7. Namun sejak teridentifikasi Oktober tahun lalu, varian ini kini menjadi penyebab utama infeksi Covid 19 di Afrika Selatan. Kasus infeksi akibat varian ini kini tercatat di sekitar 20 negara, termasuk Jepang dan Norwegia.

Sedang P.1 pertama kali terdeteksi menginfeksi seorang turis asal Brazil yang sedang mengunjungi Tokyo, Jepang, di awal tahun ini. Pada bulan Maret, varian ini disebut sebagai penyumbang separuh dari kasus infeksi baru di Manaus, ibukota negara bagian Amazon, Brazil.

Mengutip BBC, ketiga varian virus corona ini mengalami perubahan struktur protein. Ini yang menyebabkan ketiga varian terkesan memiliki daya tular yang lebih tinggi. Varian dari Afrika Selatan dan Brazil, bahkan, mengalami mutasi yang memungkinkannya menghindar dari sel antibodi manusia.

Baca Juga: Bukan cuma ke Indonesia, 2 virus corona Inggris juga menyusupi Malaysia

Kemampuan penularan yang meningkat, termasuk kemampuan mengakibatkan reinfeksi itu, memicu kesan bahwa varian-varian baru ini lebih berbahaya dibandingkan versi virus corona terdahulu. Namun para ahli yang dikutip BBC, menyatakan belum ada bukti bahwa varian baru ini mengakibatkan dampak yang lebih merusak terhadap kesehatan manusia yang terinfeksi.

Seperti varian virus corona terdahulu, ketiga varian ini menimbulkan risiko yang kesehatan yang lebih tinggi bagi warga senior. Risiko lebih tinggi akibat terinfeksi virus corona varian baru juga membayangi orang-orang yang memiliki penyakit penyerta alias komorbid.

Hasil penelitian sementara menunjukkan vaksin-vaksin yang sudah tersedia masih manjur menghadapi varian-varian baru, terutama varian B.1.1.7 yang berasal dari Inggris. Catatan saja, varian ini sudah terdeteksi sebagai penyebab kasus infeksi seorang warga Indonesia yang baru saja mengunjungi luar negeri.

Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi Mokuler Lembaga Eijkman, yang dikutip Kompas.com, menyebut, vaksin Covid-19 yang sudah dikembangkan masih efektif menghadapi varian baru yang muncul. “Kekebalan tubuh yang dibangkitkan vaksin masih efektif,” ujar dia.

Hasil penelitian sejumlah pengembang vaksin, yang dikutipi BBC memperlihatkan kecenderungan yang sama. Hasil penelitian dari tim Oxford University dan AstraZeneca, menyatakan, vaksin buatan mereka masih jitu menghadapi varian baru dari Inggris dan Afrika Selatan.

Pfizer juga telah mempublikasikan hasil penelitian tentang kemanjuran vaksinnya terhadap varian baru virus corona. Menurut hasil penelitian internal, Pfizer menyatakan vaksinnya tetap manjur, kendati tingkat efikasi mengalami penurunan tipis.

Baca Juga: Tak ada deman, ini 4 gejala baru terinfeksi virus corona hasil mutasi

Mengingat virus corona, layaknya virus, tidak pernah berhenti melakukan mutasi, otoritas kesehatan di berbagai negara, seperti Inggris, mengambil langkah antisipasi. Untuk memperbarui vaksinnya agar tetap efektif menghadapi varian-varian baru, pengembang vaksin tak perlu menempuh mekanisme dari awal.

Pengembang vaksin tak perlu melakukan proses uji klinis, seperti saat pertama kali membuat vaksin, selama bisa membuktikan bahwa vaksin hasil pembaruannya bisa memicu antibodi pelindung. Proses persetujuan jalur cepat ini, saat ini sudah diberlakukan untuk vaksin flu, yang lazim diperbarui karena selalu muncul varian baru setiap tahunnya.

Baca Juga: Bukan demam & kehilangan bau, berikut 4 gejala Covid-19 akibat mutasi virus corona

Agar jalur cepat pemberian persetujuan pembaruan vaksin tidak mengorbankan aspek kesehatan, sejumlah negara menjalin kerjasama. Mengutip BBC, Access Consortium yang beranggotakan otoritas kesehatan di Inggris, Australia, Kanada, Singapura dan Swiss telah bekerja sama untuk menyusun protokol persetujuan pembaruan vaksin.

Hal lain yang perlu diingat, disiplin penerapan protokol kesehatan tetap efektif memutus rantai peredaran varian-varian baru virus corona. Itu sebabnya, Organisasi Kesehatan Dunia menyerukan agar warga dunia tetap disiplin mengikuti protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak fisik. Mencegah kerumunan dan mengurangi mobilitas juga efektif untuk memangkas peredaran virus corona.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Pemerintah perpanjang PPKM mikro, diperluas hingga Sumut, Kaltim dan Sulsel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×