Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, virus corona baru bersarang di saluran pernapasan atas, membuatnya lebih mudah untuk ditularkan oleh tetesan dibanding virus corona lainnya
Soalnya, virus corona lain yang menyebabkan penyakit, seperti SARS atau MERS, berada di saluran pernafasan bawah. Dengan ada di saluran pernafasan atas, virus lebih gampang keluar saat orang bersin atau batuk.
“Sekarang, seperti yang kita lihat pada Covid-19, kita memiliki patogen infeksius yang ada di jalan nafas atas, dimana viral load (jumlah partikel virus) memuncak pada saat kita baru mulai sakit,” kata Mike Ryan, ahli kedaruratan utama WHO, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Apakah Pandemi Virus Corona Melambat pada Musim Panas?
"Itu berarti, Anda bisa berada di restoran dengan perasaan yang sangat baik dan mulai demam, Anda merasa baik-baik saja, Anda tidak berpikir untuk tinggal di rumah, tetapi saat itulah viral load Anda sebenarnya cukup tinggi," ujar Ryan.
"Karena penyakit itu bisa menyebar pada saat itu juga, sehingga penyakit itu sangat menular. Itulah sebabnya, penyakit itu menyebar ke seluruh dunia dengan cara yang tidak terkendali, karena sulit untuk menghentikan virus ini," imbuhnya.
Maria van Kerkhove, ahli epidemiologi WHO, menambahkan, orang-orang memiliki lebih banyak virus di dalam tubuh mereka pada atau sekitar waktu mereka mengalami gejala. "Gejala, sangat awal," katanya seperti dilansir Reuters.
Baca Juga: Studi baru: Penggunaan masker secara luas dapat mencegah gelombang kedua Covid-19
Orang tanpa gejala
Studi pendahuluan dari Jerman dan Amerika Serikat (AS) memperlihatkan, orang terjangkit virus corona dengan gejala ringan bisa menular hingga 8-9 hari. "Itu bisa jauh lebih lama bagi orang yang sakit parah," ujar dia.
Van Kerkhove, mengutip studi pemodelan penyakit, menjelaskan, beberapa orang yang mengidap virus corona tapi tidak mengalami gejala masih bisa menginfeksi orang lain. "Sekitar 40% dari transmisi mungkin dari (kasus) tanpa gejala, tetapi itu dari model," ujarnya.
Tetapi, Ryan menyebutkan, beberapa negara telah menunjukkan, penularan virus corona bisa diturunkan. "Ke level yang dapat diterima atau bahkan ke level nol seperti Selandia Baru baru-baru ini memperlihatkannya," kata Ryan.
Baca Juga: Waspada! WHO bilang, 40% penularan virus corona dari orang tanpa gejala
Liam Smeeth, profesor epidemiologi klinis di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, menyebutkan, orang tanpa gejala, yang tidak pernah memiliki gejala klinis, seperti demam dan batuk, merupakan sumber infeksi yang penting bagi orang lain.
Menurut Smeeth dan para ahli lainnya, memahami risiko penularan di antara orang-orang dengan gejala ringan atau tanpa gejala sangat penting, karena banyak negara mulai mengurangi langkah-langkah penguncian atau pembatasan yang mereka lakukan.
"Ini memiliki implikasi penting untuk langkah, jejak, tindakan isolasi yang dilembagakan di banyak negara," kata Babak Javid, konsultan penyakit menular dari Universitas Cambridge, seperti Reuters lansir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News