Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik umat manusia. Pandemi Covid-19 juga bisa menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan mental seseorang manusia.
Dampak negatif terhadap kesehatan psikis itu bisa dialami oleh seseorang penyintas Covid-19. Hasil penelitian Oxford University, yang dikutip Reuters akhir pekan ini, menyatakan, sebanyak 20% dari orang-orang yang terinfeksi virus corona mengalami gangguan kejiwaan.
Gangguan yang berbentuk kecemasan, depresi dan sulit tidur itu muncul dalam periode 90 hari sejak seseorang diketahui terinfeksi. “Banyak yang mencemaskan penyintas Covid-19 akan mengalami gangguan kejiwaan. Dan, hasil penelitian kami menunjukkan kekhawatiran itu mungkin benar,” ujar Paul Harrison, psikiater dari Oxford.
Baca Juga: Kota-kota longgarkan pembatasan, kasus virus corona di AS meningkat lagi
Dalam penelitiannya, tim Oxford menggunakan data kesehatan elektronik dari 62 juta orang di Amerika Serikat (AS). Termasuk dalam kelompok data itu adalah 62.000 kasus infeksi virus corona. Tim peneliti Oxford menyimpulkan, kecenderungan yang serupa kemungkinan menimpa penyintas Covid-19 di seluruh dunia.
Tidak cuma para penyintas Covid-19, mereka yang tak terinfeksi virus corona juga sangat mungkin mengalami gangguan psikis akibat pandemi. Penyebabnya adalah perubahan tatanan kehidupan yang terjadi sejalan dengan pemberlakuan berbagai bentuk aturan pembatasan kegiatan.
Menanggapi ancaman gangguan kesehatan jiwa di masa pandemi , Satuan Tugas Penanganan Covid-19, awal pekan ini, menerbitkan panduan yang bisa diunduh di laman website-nya. Dalam panduan tersebut, Satgas mengingatkan pentingnya peran keluarga untuk mengatasi ancaman gangguan kesehatan jiwa selama masa darurat kesehatan.
Baca Juga: Epidemiolog khawatir narasi vaksinasi gotong royong membuat pemerintah abaikan 3T
Panduan itu memuat berbagai langkah pencegahan, penanganan dan pemulihan yang bisa dilakukan tiap keluarga untuk mengatasi risiko gangguan kesehatan mental selama pandemi. Langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan keluarga, menurut panduan itu, seperti mengenal kerentanan dalam keluarga dan memperkuat ketangguhan dalam keluarga.
Untuk bisa melakukan pencegahan, tentu kita juga perlu mengenali situasi selama masa pandemi dan reaksi yang mungkin muncul. Contoh yang dimuat dalam panduan itu seperti situasi penutupan sekolah dan peniadaan berbagai aktivitas yang dihadapi anak-anak. Situasi semacam itu bisa menyebabkan sang anak memberi reaksi berupa susah tidur, cemas, tidak mau lepas dari orangtua dan mudah menangis.