kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini hal yang perlu dilakukan selama isolasi mandiri


Selasa, 16 Maret 2021 / 10:10 WIB
Ini hal yang perlu dilakukan selama isolasi mandiri


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pandemi Covid-19 sudah berjalan lebih dari satu tahun, masih banyak yang belum paham kalau tidak semua orang yang terinfeksi virus corona harus menjalani perawatan di rumah sakit. Bagi orang yang positif virus corona dan berstatus tanpa gejala (OTG) akan disarankan untuk menjalani isolasi mandiri.

Pun, apabila gejala Covid-19 yang dialami pasien tidak terlalu parah, rumah sakit juga kerap menyarankan isolasi mandiri. Alasannya antara lain agar pemulihan diri lebih maksimal, sekaligus menjadi cara supaya rumah sakit rujukan Covid-19 tidak membludak.

Wajar saja, per (14/3) menurut data Satgas Penanganan Covid-19 jumlah pasien positif corona di Indonesia sudah mencapai 1,41 juta. Kondisi praktis membuat ruang rawat inap dan penanganan Covid-19 di Rumah Sakit rujukan semakin terbatas. 

Baca Juga: Kemenkes pastikan Mei 2021 calon jemaah haji sudah divaksin Covid-19

Nah, ada beberapa langkah yang sejatinya wajib dilakukan saat melakukan isolasi mandiri. Pertama sekali adalah memantau gejala, jika mengalami gejala darurat seperti kesulitan bernapas atau napas menjadi berat tentu pasien harus segera menghubungi petugas kesehatan. 

Berikut beberapa tips dari penyintas Covid-19 yang telah menjalani isolasi mandiri (isoman). Salah satunya Sylke Febrina, seorang karyawan swasta telah menjalani isoman selama 20 hari sejak tanggal 3 Januari 2021 hingga 20 Februari 2021 lalu. 

Tentu, selama isolasi mandiri Sylke tetap mengenakan masker, dan mengurangi interaksi dengan tetap berdiam diri di dalam rumah. Sejatinya, isoman biasanya berlangsung selama 14 hari saat pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Hanya saja, untuk beberapa kasus bisa berlangsung lebih lama, umumnya disebabkan oleh durasi hasil tes swab PCR yang memakan waktu. 

"Petugas kesehatan yang akan menentukan jadwal, selama belum swab (hasil belum keluar) akan diminta isolasi mandiri. Termasuk orang-orang di rumah yang belum tes akan diminta isolasi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/3). 

Baca Juga: Apakah Anda mengalami long covid? Ini 4 gejalanya

Adapun, selama isolasi mandiri Sylke juga secara rutin meminum obat yang diberikan puskesmas, termasuk vitamin dan suplemen. Dia juga secara berkala membersihkan ruangan di dalam rumah menggunakan disinfektan. Untuk pemesanan makanan, seluruhnya dilakukan secara daring tanpa interaksi. 

Nah, selama masa isolasi, pasien Covid-19 juga akan dipantau secara berkala oleh rumah sakit atau Puskesmas rujukan. Obat-obatan, vitamin akan dikirimkan langsung ke tempat isolasi dan pengecekan swab PCR akan berlangsung setelah pasien isolasi lebih dari 14 hari. 

Dia menjelaskan, seluruh biaya obat-obatan ditanggung oleh BPJS dan rumah sakit. Sementara biaya yang dikeluarkan sangat minim antara lain untuk makanan dan peralatan kesehatan seperti masker, sarung tangan dan disinfektan. 

"Penting menjaga kesehatan fisik dan mental selama isolasi mandiri, tetap lakukan aktivitas sewajarnya seperti berjemur agar imun tetap baik termasuk meminum obat dan vitamin secara rutin," imbuhnya. 

Hal serupa juga dilakukan oleh Ray Naviri, Pemilik RenavGoods yang melakukan isolasi mandiri selama 18 hari. Namun perbedaannya, bukan hanya seorang diri, ada pula lansia dan balita yang juga melakukan isolasi.

Baca Juga: Menkes: Penentuan tarif vaksin gotong royong tunggu pembahasan bersama Kadin dan BUMN

Walhasil, persiapannya menjadi lebih rumit. Antara lain menyewa tabung oksigen untuk lansia termasuk menyediakan dua alat kesehatan seperti oximeter dan termometer. Fungsinya antara lain untuk memantau kadar oksigen dan tingkat suhu di dalam tubuh. 

Dokter yang juga kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University, dr. Adam Prabata dalam artikel yang dimuat Kontan.co.id (17/2) lalu memang menyarankan dua perangkat itu. 

Kedua alat tersebut dianggap penting untuk mengetahui perkembangan kondisi penderita, apakah stabil, atau mengalami penurunan. Ia mengatakan, pemantauan kondisi melalui kedua alat ini sebaiknya dilakukan secara konsisten pada waktu yang sama. 

Adapun, Ray dan keluarga terpantau positif Covid-19 dengan status OTG. Dokter dan rumah sakit menyarankan dia dan empat anggota keluarga lainnya untuk menjaga jarak, memakai masker dan berdiam diri di rumah serta meminum beberapa vitamin. Biaya yang dikeluarkan nyaris tidak ada untuk pengobatan, sebab seluruhnya disediakan oleh puskesmas dan Ketua RT tempatnya tinggal. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: 20,2 Juta dosis vaksin Sinopharm dan Moderna disiapkan untuk vaksinasi gotong royong

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×