kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini gejala dan bahaya badai sitokin yang dialami pasien Covid-19 dari dokter RSUI


Senin, 13 September 2021 / 16:16 WIB
Ini gejala dan bahaya badai sitokin yang dialami pasien Covid-19 dari dokter RSUI
ILUSTRASI. Ini gejala dan bahaya badai sitokin yang dialami pasien Covid-19 dari dokter RSUI.


Penulis: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Badai sitokin merupakan salah satu gejala yang timbul pada pasien terkonfirmasi Covid-19. Gejala ini cukup berat sehingga perlu diwaspadai. 

Apa itu badai sitokin? Menurut dr. Adityo Susilo, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), badai sitokin adalah kondisi dimana tubuh melepaskan zat-zat tertentu dalam jumlah yang sangat besar untuk menghadapi serangan eksternal, yaitu serangan bakteri atau virus.

Efek dari respon yang berlebihan tersebut menyebabkan suatu peradangan yang berpotensi merusak fungsi organ-organ internal tubuh. Perlu diingat jika tidak semua pasien Covid akan mengalami badai sitokin. 

“Namun, bila penderita COVID-19 mengalami badai sitokin, itu artinya mereka sedang mengalami fase inflamasi yang berat, sehingga perlu kita waspadai,” ujar dr Adityo dalam seminar edukasi daring yang bertopik “Badai Sitokin, Ancaman Pasien COVID-19”, dikutip dari laman UI

Gejala umum yang terjadi pada pasien yang mengalami badai sitokin adalah mengalami demam, sakit, dan tentunya penurunan saturasi oksigen.

Baca Juga: 6 Kampus terbaik Indonesia yang lulusannya cepat dapat kerja, no 1 bukan UGM atau UI

Gejala dan bahaya badai sitokin

Ada beberapa gejala badai sitokin yang perlu diketahui masyarakat, yang pertama adalah saturasi oksigen. Saturasi oksigen menjadi parameter dasar apakah pasien sedang mengalami badai sitokin atau tidak.

Saat periode badai sitokin, saturasi oksigen pasien akan menurun hingga di bawah 90%. Artinya, bila pasien tidak mengalami demam hebat dan pernafasan masih baik, maka pasien tersebut belum dikategorikan badai sitokin. 

Kemudian peradangan yang hebat dan tidak terkontrol adalah salah satu pemicu yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih besar ketika badai sitokin sedang berlangsung pada pasien. 

Peristiwa ini kemudian akan menyebabkan demam dan penurunan fungsi paru-paru. Perkembangan saturasi oksigen pasien Covid-19 perlu dipantau menggunakan oksimeter.

Hal ini penting dilakukan karena pada kondisi ini bisa saja pasien mengalami happy hypoxia. Happy hypoxia adalah kondisi penurunan kadar oksigen di dalam tubuh yang tidak menimbulkan gejala. 

Saat mengalami kondisi ini seseorang tidak mengalami sesak nafas bahkan biasa-biasa saja meskipun sedang mengalami penurunan oksigen. Karenanya, oksimeter menjadi acuan untuk mendeteksi adanya kondisi badai sitokin pada pasien.

Adityo memaparkan selama menangani pasien Covid, badai sitokin bisa dilihat dari riwayat kesehatan setiap individu, baik dari faktor usia, kondisi obesitas, dan riwayat penyakit kronik pasien. 

Pada pasien obesitas, lebih berisiko mengalami badai sitokin karena akan mudah terkena inflamasi. Meskipun demikian, riwayat tersebut tidak bisa menjadi acuan apakah seseorang pasti terkena badai sitokin atau tidak. 

Baca Juga: 7 Universitas terbaik di Indonesia versi Mosiur 2021, UGM sabet ranking 1

“Semua kembali ke imun tubuh setiap individu, karena pertahanan imun setiap individu tentunya berbeda-beda,” jelasnya. 

Dengan kata lain, faktor-faktor risiko ini hanyalah sebuah prediksi, bukan merupakan suatu indikator kepastian seseorang terkena badai sitokin atau tidak.

Vaksin cegah fenomena badai sitokin

Adityo juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam program vaksinasi pemerintah guna menghindari adanya fenomena badai sitokin. 

Penggunaan vaksin Covid-19 seperti Astra Zeneca, Sinovac, Pfizer, Moderna, dan Sinopharm sangat penting dalam upaya penanganan pandemi.

Selain itu masyarakat juga perlu memahami jika setiap jenis vaksin memiliki kriteria penerima vaksin yang berbeda. Contohnya vaksin Pfizer yang ditujukan hanya untuk anak usia 12 hingga 17 tahun, ibu hamil, atau seseorang yang direkomendasikan oleh dokter.

Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat perlu menjaga daya tahan tubuh mereka agar terhindar dari penularan Covid-19 maupun badai sitokin. 

Kebutuhan asupan nutrisi yang sehat penting untuk mendukung daya tahan tubuh. Kebutuhan nutrisi ini terdiri dari makro nutrien dan mikro nutrien. 

Jenis makronutrien yang baik dikonsumsi diantaranya adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan mikronutrien yang baik adalah vitamin dan mineral. 

Kedua jenis nutrien ini penting untuk dikonsumsi secara teratur untuk menjaga pola hidup menjadi sehat dan seimbang.

Selanjutnya adalah jangan termakan hoaks yang beredar di sosial media. Bila menemukan informasi yang penting, namun kebenarannya masih diragukan, sebaiknya masyarakat perlu menggali informasi lebih lanjut untuk mengetahui kebenarannya. 

Anda bisa menggali informasi melalui sumber internet yang valid atau bertanya kepada rekan yang memiliki kompeten atau ahli pada bidang tersebut sehingga masyarakat dapat terhindar dari hoaks yang beredar.

Selanjutnya: Lowongan BUMN Kimia Farma terbaru September 2021 untuk fresh graduate, ini infonya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×