Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Seorang remaja berusia 15 tahun di Texas, Amerika Serikat (AS) meninggal dunia lantaran cidera paru-paru akibat penggunaan rokok elektrik atawa vape baru-baru ini.
Cidera paru akibat rokok elektrik belakangan populer dengan sebutan Evali (E-cigarette or Vaping Product Use Associated Lung Injury).
Melansir CNN, remaja tersebut adalah remaja termuda yang meninggal dari 57 kasus kematian akibat penyakit paru-paru akibat vape di 27 distrik di Negara Bagian Columbia.
Baca Juga: Pro kontra vape lenyapkan target pasar rokok elektrik ini sampai US$ 10 miliar
Lantas apa itu Evali? Mengutip Yale Medicine, Evali merupakan nama yang Centers for Disease Control and Prevention (CDC) berikan untuk penyakit paru-paru berbahaya yang diidentifikasi terkait dengan vaping.
Penyakit tersebut pertama kali diketahui oleh CDC pada Agustus 2019 usai merebaknya kasus penyakit paru misterius yang dikaitkan penggunaan rokok elektrik dan produk vaping.
Sebelumnya, Evali dikenal dengan sebutan Vapi. Para ahli yang terdiri dari dokter dan peneliti mengumumkan kemunculan vitamin E asetat dan Tetrahidrocanabinol (THC) dalam vaping diduga kuat sebagai penyebab terbesar Evali.
Baca Juga: Administrasi Trump akan melarang beberapa varian rasa rokok elektrik di AS
Tapi, para peneliti masih belum bisa menyimpulkan dengan pasti terkait zat tunggal terkait kemunculan penyakit paru-paru misterius yang menimpa para pengisap vape tersebut.
Akibatnya, hingga kini belum diketahui dengan pasti, bagaimana penyakit tersebut berkembang dan mengapa bisa begitu membahayakan jiwa, juga menyebabkan paru-paru berhenti berfungsi sama sekali.
Belum ada tes tunggal yang bisa mengidentifikasikan seseorang menderita Evali. Sebab, kondisi Evali memiliki kemiripan dengan kasus flu dan pneumonia lain, yakni:
- Sesak napas
- Batuk
- Sakit dada
- Demam dan menggigil
- Diare, mual, dan muntah
- Takikardia (detak jantung cepat)
- Takipnea (pernapasan cepat dan dangkal)
Namun diagnosis EVALI bisa dipenuhi ketika pasien melaporkan penggunaan vape selama 90 hari sebelum gejala pertama kali dirasakan. Selain itu, X-ray maupun CT scan menunjukkan bintik-bintik yang tampak kabur di paru-paru.
Baca Juga: Catat, Instagram larang influencer promosikan vape, rokok, dan senjata
Namun, tidak ada jenis infeksi paru lain yang terdeteksi. Ini berarti, tes untuk virus maupun infeksi bakteri lain negatif.
CDC maupun Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat merekomendasikan agar orang-orang tidak menggunakan rokok elektrik yang mengandung THC.
Selain itu, mereka menganjurkan agar tidak menambahkan vitamin E asetat ke dalam produk vape. Masyarakat juga diimbau untuk sebaiknya menghindari produk vape apa pun karena belum diketahui dengan pasti zat tunggal penyebab Evali.
Baca Juga: Beberapa pakar kesehatan sepakat perlu kajian komprehensif terkait rokok elektrik
Para pengguna vape juga diimbau untuk selalu memantau kesehatannya dan lekas mengunjungi penyedia layanan kesehatan bila mengalami gejala seperti di atas.
Penulis: Nur Rohmi Aida
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal EVALI, Penyakit Paru Misterius akibat Rokok Elektrik"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News