Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Kemarau basah, kondisi musim kemarau yang masih diselingi hujan, meningkatkan risiko penyakit infeksi di masyarakat.
Dr. Santi, Health Management Specialist di Corporate HR Kompas Gramedia, mengatakan perubahan suhu dan kelembaban udara memicu banyaknya gangguan kesehatan bisa terjadi.
“Saat pancaroba daya tahan tubuh secara normal akan cenderung sedikit melemah,” ujarnya kepada Kompas.com pada Kamis (10/7/2025).
Lalu, apa saja penyakit yang perlu diwaspadai di musim kemarau basah saat ini?
Penyakit yang mengintai di musim kemarau basah
Menurut Santi, musim pancaroba menciptakan kondisi lingkungan yang ideal bagi virus, bakteri, dan jamur untuk berkembang biak.
Beberapa penyakit akibat kemarau basah yang umum muncul antara lain:
- Gangguan pernapasan, seperti flu, ISPA, radang tenggorokan, radang amandel, bronkitis, pneumonia, rhinitis alergi, dan serangan asma.
- Gangguan pencernaan, seperti diare, demam tifoid, hepatitis A dan E, serta salmonellosis.
- Penyakit kulit, seperti infeksi jamur dan radang folikel rambut.
- Penyakit akibat hewan pembawa penyakit, seperti demam berdarah dengue (DBD), leptospirosis, malaria.
- Penyakit mata, seperti konjungtivitis (mata merah) dan mata kering.
- Infeksi saluran kemih, yang muncul akibat paparan air tercemar.
Selain itu, musim ini juga meningkatkan risiko kecelakaan, seperti terpeleset di jalan basah atau terperosok ke lubang yang tertutup genangan air.
Baca Juga: Kemarau Basah Bakal Terjadi Hingga Oktober 2025, Cek Penyebabnya
Alasan banyak penyakit mengintai di musim kemarau basah
Santi mengungkapkan ada beberapa faktor yang memengaruhi munculnya berbagai penyakit akibat kemarau basah:
- Daya tahan tubuh melemah
Alasan pertama adalah daya tahan tubuh yang cenderung melemah. “Saat pancaroba daya tahan tubuh secara normal akan cenderung sedikit melemah,” ucap Santi.
Sementara, virus, jamur, dan bakteri lebih mudah berkembangbiak di masa pancaroba akibat kondisi lingkungan yang mendukung.
- Lingkungan tidak bersih
Lingkungan yang kurang bersih akan mempermudah penyebaran virus, jamur, dan bakteri. Genangan air menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, termasuk nyamuk penyebar DBD.
Selain itu, genangan yang tercemar urine tikus bisa memicu leptospirosis atau virus Hanta. Kebiasaan meludah atau membuang dahak sembarangan di jalan berperan dalam penyebaran penyakit.
“Genangan air akan menyebarkannya. Ketika hari panas, air dalam dahak atau ludah akan menguap dan meninggalkan kuman di jalanan. Angin yang bertiup kencang kemudian menerbangkannya bersama dengan debu ke mana-mana,” ungkapnya.
Baca Juga: Kemarau Basah 2025 Masih Berlangsung di Indonesia, Ini Peringatan BMKG