kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan mengapa protokol kesehatan tetap penting, kendati vaksin sudah tersedia


Minggu, 13 Desember 2020 / 10:45 WIB
Ini alasan mengapa protokol kesehatan tetap penting, kendati vaksin sudah tersedia
ILUSTRASI. Para pegawai mengoperasikan mesin pengisi di dalam sebuah laboratorium di Serum Institute of India, di Pune, India, Senin (30/11/2020). REUTERS/Francis Mascarenhas


Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

Mutasi virus SARS-CoV-2 hanya terbilang cepat di awal tahun 2020. Di saat negara-negara masih membuka pintu masuknya, virus ini bisa bergerak bebas. Namun setelah berbagai negara melakukan kebijakan pembatasan, ruang gerak virus corona pun terbatas. Seperti yang diharapkan, proses mutasi virus pun menjadi lebih lambat.

Situasi ini memungkinkan ilmuwan dan pembuat kebijakan untuk terus memantau perkembangan mutasi virus. Memang, belum ada kata sepakat dari para ilmuwan mengenai implikasi dari beberapa mutasi yang terjadi. Ambil contoh mutasi D614G. Beberapa ahli melaporkan variasi ini membuat virus lebih mudah menular. Namun penelitian lain membantah dugaan itu.

Mengutip Reuters, para ahli sejauh ini melihat tidak ada mutasi yang menghasilkan strain yang mungkin resisten terhadap vaksin dalam pengembangan. Faktanya, satu studi oleh sekelompok ilmuwan dari beberapa institusi termasuk Universitas Sheffield dan Universitas Harvard menemukan bahwa galur G mungkin menjadi target yang lebih mudah untuk vaksin karena galur ini memiliki lebih banyak protein lonjakan di permukaannya, yang merupakan target vaksin. antibodi yang diinduksi.

Baca Juga: Cegah penyebaran Covid-19, tempat wisata di Jakarta tutup saat malam pergantian tahun

"Untungnya, kami menemukan bahwa tidak satu pun dari mutasi ini yang membuat COVID-19 menyebar lebih cepat, tetapi kami harus tetap waspada dan terus memantau mutasi baru, terutama saat vaksin diluncurkan," kata Lucy van Dorp. Peneliti di Institut Genetika Universitas London ini termasuk anggota tim peneliti yang mengidentifikasi lebih dari 12.700 mutasi virus SARS-CoV-2.

Namun, para ahli yang telah menyaksikan proses mutasi virus influenza dan HIV selama bertahun-tahun, memperingatkan bahwa hasil mutasi SARS-CoV-2 di masa depan tetap tidak diketahui. Dan, upaya terbaik untuk menghindari perubahan yang bisa membuat virus kebal terhadap vaksin adalah membatasi penyebarannya serta mengurangi peluang yang dimilikinya untuk bermutasi.

Baca Juga: Selain Pfizer, ada 10 perusahaan ajukan persetujuan darurat vaksin corona ke WHO

“Jika virus berubah secara substansial, terutama protein lonjakan, maka virus mungkin lolos dari vaksin. Kami ingin memperlambat transmisi secara global untuk memperlambat waktu," kata Catherine Bennet, epidemiologi di Deakin University, Melbourne.

Pernyataan Bennet itu berarti kita tidak bisa serta merta lengah dalam menerapkan protokol kesehatan, kendati vaksinasi sudah di depan mata. Agar virus tidak leluasa bergerak, kita masih harus disiplin melakukan 3M alias menggunakan masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Kasus Covid-19 melonjak, harga minyak Brent gagal bertahan di atas US$ 50 per barel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×