kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hati-hati, risiko kesehatan tetap membayangi orang yang sudah pulih dari Covid 19


Minggu, 18 Oktober 2020 / 16:01 WIB
Hati-hati, risiko kesehatan tetap membayangi orang yang sudah pulih dari Covid 19
ILUSTRASI. Penerapan protokol kesehatan di Pasar Mayestik Jakarta, Kamis (15/10). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/15/10/2020.


Reporter: Nathasya Elvira | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jangan pernah menganggap enteng Covid 19. Memang, saat ini tingkat kematian yang disebabkan Covid-19 mulai melandai. Saat virus tersebut pertama kali mewabah di Tiongkok, awal tahun ini, tingkat kematian penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini mencapai 7%.  Angka statistik itu berarti, dari 100 orang yang dilaporkan terinfeksi Covid-19, ada tujuh pasien yang meninggal.

Jika mengutip angka rinci yang termuat di situs WHO pad Jumat (16/1), jumlah kasus Covid 19 yang terkonfirmasi mencapai 38,39 juta orang. Sedang jumlah korban meninggal sebanyak 1,09 juta orang. Itu berarti, 2,83% dari seluruh orang yang terinfeksi Covid-19, meninggal dunia.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Minggu (18/10): Tambah 4.105 kasus, penting terapkan 3M

Grafik tingkat kematian yang melandai itu terjadi juga di Indonesia. Di awal pandemi, sekitar Maret-April, tingkat kematian akibat Covid 19 mencapai 8,64%. Dan pada Jumat kemarin (16/10), jumlah penderita Covid 19 yang meninggal mencapai 12.347 orang, atau 3,49% dari total orang yang positif terinfeksi, yang mencapai 353.461 orang.

Namun, jangan sampai kita terlena dengan persentase mortality rate yang melandai itu. Karena seiring dengan perjalanan waktu peredaran virus corona baru, kita tidak hanya melihat risiko kematian yang melandai. Kita juga mengetahui lebih jauh lagi tentang dampak buruk dari Covid-19 terhadap mereka yang sudah dinyatakan sembuh sekali pun.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertajuk Long Term Syndrome-Update 36 memuat hasil survei Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) milik Pemerintah Amerika Serikat (AS).  Dalam survei di berbagai negara bagian AS selama Maret hingga Juni 2020 itu, CDC mencatat apa saja gejala yang dialami oleh 274 orang responden, yang telah dinyatakan sembuh dari Covid 19 pada dua-tiga pekan sebelumnya.

Hasilnya? Para responden yang telah dinyatakan pulih dari Covid 19 masih merasakan berbagai gejala yang umum menyerang penderita penyakit yang disebabkan virus corona baru itu. Gejala yang paling umum adalah kelelahan, batuk, pernafasan tersumbat, sesak nafas, dan pusing. Ada juga responden yang masih merasakan nyeri badan, demam serta kehilangan indera perasa dan penciuman.

Baca Juga: Kasus corona masih tinggi, begini efeknya ke IHSG hingga akhir Oktober 2020

Yang juga patut digarisbawahi, ada 20% responden survei CDC di rentang umur 18 tahun hingga 34 tahun, yang melaporkan mengalami gejala gangguan kesehatan yang berkepanjangan. Ini berarti, mengutip publikasi WHO, ada risiko long covid syndrome membayangi remaja dan anak-anak, yang tidak memiliki gangguan kesehatan kronis saat terinfeksi Covid-19.

Risiko yang lebih berat adalah orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tidak pernah kembali ke kondisi kesehatannya yang prima. Mengutip survei CDC, ada 35% responden yang merasa tidak pernah kembali fit seperti sebelum terinfeksi.

Jadi? Jangan pernah anggap enteng virus corona yang masih berlalu lalang di sekitar kita. Selama vaksin untuk virus corona belum tersedia, kita harus displin dalam melakukan protokol kesehatan, yang populer disingkat 3M. Karena mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker setiap saat, serta menjaga jarak dan menjauhi kerumuman sudah terbukti sebagai cara yang paling ampuh untuk melindungi diri dan sesama dari serangan virus corona baru.

Korelasi antara disiplin masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dengan pencegahan penyebaran virus corona terlihat di, misalnya, China, Hong Kong dan Taiwan.  “Terbukti dalam 21 hari angka penyebaran virus berkurang,” tutur Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid 19, Sonny Harry.

Baca Juga: Penanganan terabaikan akibat wabah corona, kasus kematian TBC bisa naik drastis

Memang, penerapan protokol kesehatan pada akhirnya bergantung pada kesadaran masyarakat. Itu sebabnya, pemerintah gencar melakukan kampanye 3M, alias mencuci tangan, menggunakan masker dan menjaga jarak. “Mengutamakan pedoman perubahan perilaku masyarakat dengan bahasa yang sederhana. Misal guru mengedukasi siswa sebelum memulai kelas untuk menerapkan protokol kesehatan,” imbuh Sonny.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Strategi peritel modern saat pandemi, turun ke lapangan hingga efisiensi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×